Ilmu Tiada Bertepi; Cinta tiada berbatas; }

Minggu, 30 Januari 2011

kisah pengantin syurga

“CINTA itu mensucikan akal, mengenyahkan kekhawatiran, memunculkan keberanian, mendorong berpenampilan rapi, membangkitkan selera makan, menjaga akhlak mulia, membangkitkan semangat, mengenakan wewangian, memperhatikan pergaulan yang baik, serta menjaga adab dan kepribadian. Tapi cinta juga merupakan ujian bagi orang-orang yang shaleh dan cobaan bagi ahli ibadah,” Imam Ibnu Qayyim al-Jauziyah dalam bukunya Raudah Al-Muhibbin wa Nuzhah Al-Musytaqin memberikan komentar mengenai pengaruh cinta dalam kehidupan seseorang.

Bila seorang kekasih telah singgah di hati, pikiran akan terpaut pada cahaya wajahnya, jiwa akan menjadi besi dan kekasihnya adalah magnit. Rasanya selalu ingin bertemu meski sekejab. Memandang sekilas bayangan sang kekasih membuat jiwa ini seakan terbang menuju langit ke tujuh dan bertemu dengan jiwanya.

Indahnya cinta terjadi saat
seorang kekasih secara samar menatap bayangan orang yang dikasihi. Bayangan indah itu laksana air yang menyirami, menyegarkan, menyuburkan pepohonan taman di jiwa.


Al-Mubarrid menyebutkan dari Abu Kamil dari Ishaq bin Ibrahim dari Raja' bin Amr An-Nakha'i, ia berkata: "Adalah Dahulu di kota Kufah tinggallah seorang pemuda tampan rupawan yang tekun dan rajin beribadat, dia termasuk salah seorang yang dikenal sebagai ahli zuhud. Suatu hari dalam pengembaraannya, pemuda itu melewati sebuah perkampungan yang banyak dihuni oleh kaum An-Nakha’. Demi melepaskan penat dan lelah setelah berhari-hari berjalan maka singgahlah dia di kampung tersebut. Di persinggahan si pemuda banyak bersilaturahim dengan kaum muslimin. Di tengah kekhusyu’annya bersilaturahim itulah dia bertemu dengan seorang gadis yang cantik jelita.

Sepasang mata bertemu, seakan saling menyapa, saling bicara. Walau tak ada gerak lidah! Tak ada kata-kata! Mereka berbicara dengan bahasa jiwa. Karena bahasa jiwa jauh lebih jujur, tulus dan apa adanya. Cinta yang tak terucap jauh lebih berharga dari pada cinta yang hanya ada di ujung lidah. Maka jalinan cintapun tersambung erat dan membuhul kuat. Begitulah sejak melihatnya pertama kali, dia pun jatuh hati dan tergila-gila. Sebagai anak muda, tentu dia berharap cintanya itu tak bertepuk sebelah tangan, namun begitulah ternyata gayung bersambut. Cintanya tidak berada di alam khayal, tapi mejelma menjadi kenyataan.

Benih-benih cinta itu bagai anak panah melesat dari busurnya, pada pertemuan yang tersamar, pertemuan yang berlangsung sangat sekejab, pertemuan yang selalu terhalang oleh hijab. Demikian pula si gadis merasakan hal serupa sejak melihat pemuda itu pada kali yang pertama.

Begitulah cinta, ketika ia bersemi dalam hati… terkembang dalam kata… terurai dalam perbuatan…Ketika hanya berhenti dalam hati, itu cinta yang lemah dan tidak berdaya. Ketika hanya berhenti dalam kata, itu cinta yang disertai dengan kepalsuan dan tidak nyata…

Ketika cinta sudah terurai jadi perbuatan, cinta itu sempurna seperti pohon; akarnya terhujam dalam hati, batangnya tertegak dalam kata, buahnya menjumbai dalam perbuatan. Persis seperti iman, terpatri dalam hati, terucap dalam lisan, dan dibuktikan oleh amal.

Semakin dalam makna cinta direnungi, semakin besar fakta ini ditemukan. Cinta hanya kuat ketika ia datang dari pribadi yang kuat, bahwa integritas cinta hanya mungkin lahir dari pribadi yang juga punya integritas. Karena cinta adalah keinginan baik kepada orang yang kita cintai yang harus menampak setiap saat sepanjang kebersamaan.

Begitupun dengan si pemuda, dia berpikir cintanya harus terselamatkan! Agar tidak jadi liar, agar selalu ada dalam keabadian. Ada dalam bingkai syari’atnya. Akhirnya diapun mengutus seseorang untuk meminang gadis pujaannya itu. Akan tetapi keinginan tidak selalu seiring sejalan dengan takdir Allah. Ternyata gadis tersebut telah dipertunangkan dengan putera bapak saudaranya.

Mendengar keterangan ayah si gadis itu, pupus sudah harapan si pemuda untuk menyemai cintanya dalam keutuhan syari’at. Gadis yang telah dipinang tidak boleh dipinang lagi. Tidak ada jalan lain. Tidak ada jalan belakang, samping kiri, atau samping kanan. Mereka sadar betul bahwa jalinan asmaranya harus diakhiri, karena kalau tidak, justeru akan merusak ’anugerah’ Allah yang terindah ini.

Bayangkan, bila dua kekasih bertemu dan masing-masing silau serta mabuk oleh cahaya yang terpancar dari orang yang dikasihi, ia akan melupakan harga dirinya, ia akan melepas baju kemanusiaannya dengan menabrak tabu. Dan, sekali bunga dipetik, ia akan layu dan akhirnya mati, dipijak orang karena sudah tak berguna. Jalan belakang ’back street’ tak ubahnya seperti anak kecil yang merusak mainannya sendiri. Penyesalan pasti akan datang belakangan, menangispun tak berguna, menyesal tak mengubah keadaan, badan hancur jiwa binasa.

Cinta si gadis cantik dengan pemuda tampan masih menggelora. Mereka seakan menahan beban cinta yang sangat berat. Si gadis berpikir barangkali masih ada celah untuk bisa ’diikhtiarkan’ maka rencanapun disusun dengan segala kemungkinan terpahit. Maka si gadis mengutus seorang hambanya untuk menyampaikan sepucuk surat kepada pemuda tambatan hatinya:

”Aku tahu betapa engkau sangat mencintaiku dan karenanya betapa besar penderitaanku terhadap dirimu sekalipun cintaku tetap untukmu. Seandainya engkau berkenan, aku akan datang berkunjung ke rumahmu atau aku akan memberikan kemudahan kepadamu bila engkau mau datang ke rumahku.”

Setelah membaca isi surat itu dengan seksama, si pemuda tampan itu pun berpesan kepada kurir pembawa surat wanita pujaan hatinya itu.

“Kedua tawaran itu tidak ada satu pun yang kupilih! Sesungguhnya aku takut akan siksaan hari yang besar bila aku sampai durhaka kepada Tuhanku..(Q.S.Yunus : 5 ) Aku juga takut akan neraka yang api dan jilatannya tidak pernah surut dan padam.”

Pulanglah kurir kekasihnya itu dan dia pun menyampaikan segala yang disampaikan oleh pemuda tadi.

Tawaran ketemuan? Dua orang kekasih? Sungguh sebuah tawaran yang memancarkan harapan, membersitkan kenangan, menerbitkan keberanian. Namun bila cinta dirampas oleh gelora nafsu rendah, keindahannya akan lenyap seketika. Dan berubah menjadi naga yang memuntahkan api dan menghancurkan harga diri kita. Sungguh heran bila saat ini orang suka menjadi korban dari amukan api yang meluluhlantakkan harga dirinya, dari pada merasakan keindahan cintanya.

Demi mendapat jawaban dari sang pemuda , wanita tersebut berkata “"Walau demikian, rupanya dia masih takut kepada Allah?Sungguh selama ini aku belum pernah menemukan seorang yang zuhud dan selalu takut kepada Allah swt seperti dia. Demi Allah, tidak seorang pun yang layak menyandang gelar yang mulia kecuali dia, sementara hampir kebanyakan orang berada dalam kemunafikan.” Si gadis berbangga dengan kesalehan kekasihnya.

Setelah berkata demikian, gadis itu merasa tidak perlu lagi kehadiran orang lain dalam hidupnya. Pada diri pemuda itu telah ditemukan seluruh keutuhan cintanya. Maka jalan terbaik setelah ini adalah mengekalkan diri kepada ’Sang Pemilik Cinta’. Lalu diapun meninggalkan segala urusan duniawinya serta membuang jauh-jauh segala sesuatu yang berkaitan dengan dunia. Memakai pakaian dari tenunan kasar dan sejak itu dia tekun beribadat, sementara hatinya merana, badannya juga kurus oleh beban cintanya yang besar kepada pemuda yang dicintainya.

Bila kerinduan kepada kekasih telah membuncah, dan dada tak sanggup lagi menahahan kehausan untuk bersua, maka saat malam tiba, saat manusia terlelap, saat bumi menjadi lengang, diapun berwudlu. Shalatlah dia dikegelapan gulita, lalu menengadahkan tangan, memohon bantuan Sang Maha Pencipta agar melalui kekuasaa-Nya yang tak terbatas dan dapat menjangkau ke semua wilayah yang tak dapat tersentuh manusia., menyampaikan segala perasaan hatinya pada kekasih hatinya. Dia berdoa karena rindu yang sudah tak tertanggungkan, dia menangis seolah-olah saat itu dia sedang berbicara dengan kekasihnya. Dan saat tertidur kekasihnya hadir dalam mimpinya, berbicara dan menjawab segala keluh-kesah hatinya.

Dan kerinduannya yang mendalam itu menyelimuti sepanjang hidupnya hingga akhirnya Allah memanggil ke haribaanNya. Gadis itu wafat dengan membawa serta cintanya yang suci. Yang selalu dijaganya dari belitan nafsu syaithoni. Jasad si gadis boleh terbujur dalam kubur, tapi cinta si pemuda masih tetap hidup subur. Namanya masih disebut dalam doa-doanya yang panjang. Bahkan makamnya tak pernah sepi diziarahi.

Cinta memang indah, bagai pelangi yang menyihir kesadaran manusia. Demikian pula, cinta juga sangat perkasa. Ia akan menjadi benteng, yang menghalau segala dorongan yang hendak merusak keindahan cinta yang bersemayam dalam jiwa. Ia akan menjadi penghubung antara dua anak manusia yang terpisah oleh jarak bahkan oleh dua dimensi yang berbeda.

Pada suatu malam, saat kaki tak lagi dapat menyanggah tubuhnya, saat kedua mata tak kuasa lagi menahan kantuknya, saat salam mengakhiri qiyamullailnya, saat itulah dia tertidur. Sang pemuda bermimpi seakan-akan melihat kekasihnya dalam keadaan yang sangat menyenangkan.

“Bagaimana keadaanmu dan apa yang kau dapatkan setelah berpisah denganku?” Tanya Pemuda itu di alam mimpinya.

Gadis kekasihnya itu menjawab dengan menyenandungkan untaian syair:


"Kasih…
cinta yang terindah adalah mencintaimu,
sebuah cinta yang membawa kepada kebajikan.
Cinta yang indah hingga angin syurga berasa malu
burung syurga menjauh dan malaikat menutup pintu.


Mendengar penuturan kekasihnya itu, pemuda tersebut lalu bertanya kepadanya,
“Di mana engkau berada?”

Kekasihnya menjawab dengan melantunkan syair:

"Aku berada dalam kenikmatan
dalam kehidupan yang tiada mungkin berakhir
berada dalam syurga abadi yang dijaga
oleh para malaikat yang tidak mungkin binasa
yang akan menunggu kedatanganmu,
wahai kekasih…

"Di sana aku bermohon agar engkau selalu mengingatku
dan sebaliknya aku pun tidak dapat melupakanmu!”

Pemuda itu mencoba membalas syair kekasihnya

"Dan demi Allah,
aku juga tidak akan melupakan dirimu.
Sungguh,
aku telah memohon untukmu kepada Tuhanku
juga Tuhanmu dengan kesungguhan hati,
hingga Allah berkenan memberikan pertolongan kepadaku!”

jawab si gadis kekasihnya itu.

"Bilakah aku dapat melihatmu kembali?” Tanya si pemuda menegaskan

"Tak lama lagi engkau akan datang menyusulku kemari,” Jawab kekasihnya.


Tujuh hari sejak pemuda itu bermimpi bertemu dengan kekasihnya, akhirnya Allah mewafatkan dirinya. Allah mempertemukan cinta keduanya di alam baqa, walau tak sempat menghadirkan romantismenya di dunia. Allah mencurahkan kasih sayang-Nya kepada mereka berdua menjadi pengantin syurga.

Subhanallaah! Cinta memiliki kekuatan yang luar biasa. Pantaslah kalau cinta membutuhkan aturan. Tidak lain dan tidak bukan, agar cinta itu tidak berubah menjadi cinta yang membabi buta yang dapat menjerumuskan manusia pada kehidupan hewani dan penuh kenistaan. Bila cinta dijaga kesuciannya, manusia akan selamat. Para pasangan yang saling mencintai tidak hanya akan dapat bertemu dengan kekasih yang dapat memupus kerinduan, tapi juga mendapatkan ketenangan, kasih sayang, cinta, dan keridhaan dari dzat yang menciptakan cinta yaitu Allah SWT. Di negeri yang fana ini atau di negeri yang abadi nanti.

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaanNya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya di antara kamu rasa kasih sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.” (QS. Ar-Ruum : 21).
»»  READMORE...

Jumat, 28 Januari 2011

Cemburu dan Rindu


... Aq adalah hamba yang hina dan dina..
Ada setitik darah manusia di diri ini yang ku bawa-bawa kemana-mana,
Membuncahkan hawa dan nafsu tanpa memandang darah mu ya Rasulullah..
Ana yakin ya rasulullah
Engkau melihat keadaan q sekarang,
Yang berpelukkan guling berebah di atas sajadah
Tidak kuasa menahan rindu yang amat sangat,

Ku teringat akan para sahabat" mu.
Aq cemburu karna mereka berasal dari mu
Dan mereka berdiri didepan,belakang,kanan,dan kiri mu ya rasulullh..
Aq cemburu pada para ahli sufi yang sangat zuhud akan dunia yang hanya dapat memabukkan mereka..
Mereka mewarisi sifat mu ya Rasulullh..
Ya rasulullah lihat cucu mu ini sangat mencemburui orang" yang pernah kau temui
Walau hanya mimpi...

Kapan cucu mu ini bs melihat indahx senyuman mu?
Kapankah cucu mu ini mendapatkan hangatx usapan mu..

Lelah..ana lelah..
Bila air mata rindu ini habis
Ana rela digantikan dengan air mata darah
Karna hati ini takkan pernah berhenti merindui mu ya rasulullah..
Ana tulis rindu dan cemburu ana sebagai tanda hati telah bicara & ana tuliskan dalam tulisan..

Hai..
Hati yang keras hai hati yang penuh rasa kesombongan
Mana kerasmu mana sombongmu..
Ingatlah kau pemilik hati
Engkau hanyalah sebutir debu yang sangat kecil..
Yang hanya berharap melekat di jubah kakek mu Muhammad Saw..
Ana merasa tidak pantas mendapatx..
Ana tidak pantas..

Duhai hati yang keras..
Duhai hati yang sombong..
Ingatkah engkau akan cintax kakekmu yang berharap kau bisa mewangikan islam dengan cara dakwah..
Ingatkah engkau akan mimpi-mimpimu tentang wali-wali Allah..
Yang mengharapkanmu untuk melanjutkan apa yang mereka jalankan dahulu..

Ingtlah hati yang keras & hati yang sombong..
Akhir darimu adalah tulang..
Sebelum kau menjadi tulang..
Luruskanlah jalanmu seperti huruf alief..
Ya Allah tanamkan rasa cemburu ini agar rindu semakin menggebu tuk mencontoh orng" yang hamba rindui..
Ini catatan kecil yang keluar dari hati yang keras & hati yang sombong yang telah letih...


--------------------------
Catatan kecil hati yang dihentak syahdu Syahdannya rindu .
»»  READMORE...

Asal Mula Alam Semesta

Ilmu pengetahuan moderen, ilmu astronomi, baik yang berdasarkan pengamatan maupun berupa teori, dengan jelas menunjukkan bahwa pada suatu saat seluruh alam semesta masih berupa 'gumpalan asap' (yaitu komposisi gas yang sangat rapat dan tak tembus pandang, The First Three Minutes, a Modern View of the Origin of the Universe, Weinberg, hal. 94-105.). Hal ini merupakan sebuah prinsip yang tak diragukan lagi menurut standar astronomi moderen. Para ilmuwan sekarang dapat melihat pembentukan bintang-bintang baru dari peninggalan 'gumpalan asap' semacam itu (lihat gambar 1 dan 2)
Bintang-bintang yang berkilauan yang kita lihat di malam hari, sebagaimana seluruh alam semesta, dulunya berupa materi 'asap' semacam itu. Allah telah berfirman di dalam Al Qur'an:
ثُمَّ اسْتَوَىٰ إِلَى السَّمَاءِ وَهِيَ دُخَانٌ
Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit dan langit itu masih merupakan asap,... (Al Fushshiilat, 41: 11)
Karena bumi dan langit di atasnya (matahari, bulan, bintang, planet, galaksi dan lain-lain) terbentuk dari 'gumpalan asap' yang sama, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa matahari dan bumi dahulu merupakan satu kesatuan. Kemudian mereka berpisah dan terbentuk dari 'asap' yang homogen ini. Allah telah berfirman:
أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا 

Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. (Al Anbiya, 21:30)
Dr. Alfred Kroner adalah salah satu ahli ilmu bumi terkemuka. Ia adalah Profesor geologi dan Kepala Departemen Geologi pada Institute of Geosciences, Johannes Gutenberg University, Mainz, Jerman. Ia berkata: "Jika menilik tempat asal Muhammad... Saya pikir sangat tidak mungkin jika ia bisa mengetahui sesuatu semisal asal mula alam semesta dari materi yang satu, karena para ilmuwan saja baru mengetahui hal ini dalam beberapa tahun yang lalu melalui berbagai cara yang rumit dan dengan teknologi mutakhir. Inilah kenyataannya." Ia juga berkata: "Seseorang yang tidak mengetahui apapun tentang fisika inti 14 abad yang lalu, menurut saya, tidak akan pernah bisa mengetahui, melalui pemikirannya sendiri, bahwa dulunya bumi dan langit berasal dari hal yang satu."
Untuk melihat video komentar sang profesor silakan klik tautan berikut ini: (Bahasa Inggris, format RealPlyer)
Video 1
Video 2

Sebuah bintang terbentuk dari gumpalan gas dan asap (nebula), yang merupakan peninggalan dari 'asap' yang menjadi asal kejadian alam semesta.
Gambar 1. Sebuah bintang terbentuk dari gumpalan gas dan asap (nebula), yang merupakan peninggalan dari 'asap' yang menjadi asal kejadian alam semesta. (The Space Atlas, Heather dan Henbest, hal. 50)
Nebula Laguna adalah sebuah gumpalan gas dan asap yang berdiameter sekitar 60 tahun cahaya. Ia dipendarkan oleh radiasi ultraviolet dari bintang panas yang baru saja terbentuk di dalam gumpalan tersebut.
Gambar 2. Nebula Laguna adalah sebuah gumpalan gas dan asap yang berdiameter sekitar 60 tahun cahaya. Ia dipendarkan oleh radiasi ultraviolet dari bintang panas yang baru saja terbentuk di dalam gumpalan tersebut. (Horizons, Exploring the Universe, Seeds, gambar 9, dari Association of Universities for Research in Astronomy, Inc.)
»»  READMORE...

Perkembangan embrio manusia

Di dalam al Qur'an Allah menurunkan beberapa ayat tentang perkembangan embrio manusia.
وَلَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ مِنْ سُلَالَةٍ مِنْ طِينٍ
ثُمَّ جَعَلْنَاهُ نُطْفَةً فِي قَرَارٍ مَكِينٍ
ثُمَّ خَلَقْنَا النُّطْفَةَ عَلَقَةً فَخَلَقْنَا الْعَلَقَةَ مُضْغَةً فَخَلَقْنَا الْمُضْغَةَ عِظَامًا فَكَسَوْنَا الْعِظَامَ لَحْمًا ثُمَّ أَنْشَأْنَاهُ خَلْقًا آخَرَ ۚ فَتَبَارَكَ اللَّهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِينَ
Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari suatu saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha sucilah Allah, Pencipta Yang Paling Baik. (Al Qur'an, 23:12-14)
Secara bahasa, kata bahasa arab 'alaqah mempunyai tiga makna: 1. lintah, 2. sesuatu yang menempel/tergantung, dan 3. gumpalan darah.
Jika kita membandingkan sebuah lintah dengan embrio pada fase 'alaqah, kita akan menemukan kemiripan di antara keduanya, sebagaimana terlihat dalam gambar 1. Selain itu, sang embrio pada fase ini memperoleh makanan melalui aliran darah dari ibunya, mirip dengan lintah yang menghisap darah dari makhluk lain.
Makna ke dua dari kata 'alaqah adalah sesuatu yang menempel/tergantung. Hal ini dapat kita lihat dalam gambar 2 dan 3, di mana embrio pada fase 'alaqah, menggantung dan menempel pada rahim sang ibu.
Makna ke tiga dari kata 'alaqah adalah gumpalan darah. Kita dapat melihat bahwa tampilan luar dari embrio dan kantungnya pada saat fase 'alaqah sangat mirip dengan darah yang menggumpal. Hal ini disebabkan oleh kehadiran darah yang relatif banyak selama fase ini (lihat gambar 4). Pun pada fase ini, darah di dalam embrio belum mengalami sirkulasi hingga akhir minggu ke tiga. Dengan demikian, embrio pada fase ini memang mirip gumpalan darah.
Jadi, tiga makna dari kata 'alaqah secara akurat amat bersesuaian dengan keaadaan embrio pada fase 'alaqah.
...
Bagaimana bisa Nabi Muhammad mengetahui semua rincian ini lebih dari 1400 tahun yang lalu? Padahal para ilmuwan baru bisa mengetahui hal tersebut di masa moderen ini dengan bantuan peralatan mutakhir dan mikroskop yang amat kuat? Hamm dan Leeuwenhoek adalah ilmuwan pertama yang mengamati sel sperma manusia (spermatozoa) melalui mikroskop di tahun 1677 (lebih dari 1000 tahun setelah jaman Nabi Muhammad). Mereka berdua secara salah menganggap bahwa sel sperma mengandung manusia mini yang akan tumbuh ketika ia dibenihkan ke dalam kelamin wanita.
Di tahun 1981, dalam Konferensi Kedokteran Ke Tujuh di Dammam, Arab Saudi, Profesor Moore berkata: "Adalah sebuah kehormatan tersendiri bagi saya untuk bisa membantu memperjelas pernyataan Al Qur'an tentang perkembangan manusia. Sangat jelas bagi saya bahwa pernyataan tersebut tentulah sampai kepada Nabi Muhammad dari Allah, karena hampir semua pengetahuan mengenai hal ini baru ditemukan berabad-abad kemudian. Hal ini membuktikan kepada saya bahwa Nabi Muhammad tentulah merupakan Utusan Allah.
Kemudian, Profesor Moore ditanya: "Apakah ini berarti bahwa anda mempercayai Al Qur'an merupakan firman Allah?" Ia menjawab: "Saya tidak keberatan untuk menerima hal tersebut."
Untuk melihat video komentar sang profesor silakan klik tautan berikut ini: (Bahasa Inggris, format RealPlyer)
Video 

Gambar 1. Bagan yang menggambarkan kemiripan dalam hal penampilan antara lintah dan embrio manusia pada fase 'alaqah.
Gambar 1. Bagan yang menggambarkan kemiripan dalam hal penampilan antara lintah dan embrio manusia pada fase 'alaqah. (Dari Human Development as Described in the Quran and Sunnah, Moore dkk. hal. 37. Digubah dari Integrated Principles of Zoology, Hickman dkk. Gambar embrio dari The Developing Human, Moore dan Persad, ed. 5, hal. 73)
Kita dapat melihat pada bagan ini bagaimana embrio pada fase 'alaqah bergantung dan menempel di dalam rahim (uterus) sang ibu.
Gambar 2. Kita dapat melihat pada bagan ini bagaimana embrio pada fase 'alaqah bergantung dan menempel di dalam rahim (uterus) sang ibu. (The Developing Human, Moore dan Persaud, ed 5, hal 66)
Gambar 3. Pada fotomikrograf ini kita dapat melihat bergantungnya embrio (panah B) pada fase 'alaqah (sekitar umur 15 hari) di dalam rahim sang ibu. Ukuran sebenarnya dari embrio ini adalah sekitar 0.6 mm.
Gambar 3. Pada fotomikrograf ini kita dapat melihat bergantungnya embrio (panah B) pada fase 'alaqah (sekitar umur 15 hari) di dalam rahim sang ibu. Ukuran sebenarnya dari embrio ini adalah sekitar 0.6 mm. (The Developing Human, Moore, ed. 3, hal. 66, dari Histology, Leeson dan Leeson)
Gambar 4. Bagan sistem peredaran darah primitif pada embrio dalam fase 'alaqah. Penampilan luar dari embrio dan kantungnya mirip dengan gumpalan darah karena adanya darah yang relatif banyak di dalam embrio.
Gambar 4. Bagan sistem peredaran darah primitif pada embrio dalam fase 'alaqah. Penampilan luar dari embrio dan kantungnya mirip dengan gumpalan darah karena adanya darah yang relatif banyak di dalam embrio. (The Developing Human, Moore, ed. 5, hal. 65)
»»  READMORE...

kegelapan di laut dalam

Kegelapan di Laut Dalam - Keajaiban Ilmiah Al Qur'an

Gambar 15. Antara 3 hingga 30 persen cahaya matahari dipantulkan oleh permukaan laut. Selanjutnya, hampir semua warna dari spektrum cahaya akan diserap secara berturut-turut pada 200 meter pertama, kecuali warna biru.
Gambar 1. Antara 3 hingga 30 persen cahaya matahari dipantulkan oleh permukaan laut. Selanjutnya, hampir semua warna dari spektrum cahaya akan diserap secara berturut-turut pada 200 meter pertama, kecuali warna biru. (Oceans, Elder dan Perneta, hal. 27)
Gambar 16. Ombak dalam pada batas pertemuan dua lapisan air yang berbeda kepekatan. Satu lapisan pekat (di bawah) dan yang lainnya lebih encer (di atas). (Oceanography, Gross, hal. 204)
Gambar 2. Ombak dalam pada batas pertemuan dua lapisan air yang berbeda kepekatan. Satu lapisan pekat (di bawah) dan yang lainnya lebih encer (di atas). (Oceanography, Gross, hal. 204)

>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>>
Allah berfirman di dalam Al Qur'an
أَوْ كَظُلُمَاتٍ فِي بَحْرٍ لُجِّيٍّ يَغْشَاهُ مَوْجٌ مِنْ فَوْقِهِ مَوْجٌ مِنْ فَوْقِهِ سَحَابٌ ۚ ظُلُمَاتٌ بَعْضُهَا فَوْقَ بَعْضٍ إِذَا أَخْرَجَ يَدَهُ لَمْ يَكَدْ يَرَاهَا ۗ وَمَنْ لَمْ يَجْعَلِ اللَّهُ لَهُ نُورًا فَمَا لَهُ مِنْ نُورٍ 

Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun. (Al Qur'an, An-Nuur, 24:40)
Ayat ini menyebutkan kegelapan yang dapat ditemukan di laut dalam, di mana jika seseorang menjulurkan tangan ia tak akan bisa melihatnya. Kegelapan di dalam lautan dan samudera ditemukan sekitar kedalaman 200 meter ke bawah. Pada kedalaman ini, hampir-hampir tidak ada cahaya lagi (lihat gambar 1). Di bawah kedalaman 1000 meter, tidak ada cahaya sama sekali.
Manusia tidak berkemampuan menyelam lebih dari kedalaman 40 meter tanpa bantuan kapal selam atau peralatan khusus. Manusia tak akan bertahan tanpa perlengkapan di bagian gelap dari lautan, semisal pada kedalaman 200 meter.
Gelapnya kedalaman laut ini hanya diketahui oleh para ilmuwan di masa sekarang melalui berbagai peralatan khusus dan kapal atau peralatan selam yang memungkinkan mereka menyelam ke kedalaman lautan.
Tanpa peralatan khusus, tidak mungkin manusia di jaman Nabi Muhammad mengetahui bagaimana bentuk kegelapan di dalam lautan. Ini membuktikan bahwa Al Qur'an diturunkan oleh Allah Yang Maha Mengetahui.
Kita juga melihat dalam penggalan kalimat dari ayat di atas yang berbunyi: "...yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan;" bahwa air di laut yang dalam diliputi oleh ombak dan di atas ombak ini ada ombak lain. Sangat jelas bagi kita bahwa lapisan ombak yang ke dua ini adalah ombak di permukaan laut yang biasa kita lihat, karena ayat tersebut menyebutkan adanya awan di atasnya. Tetapi bagaimana dengan ombak yang disebutkan pertama? Adakah ombak lain di bawah permukaan laut?
Para ilmuwan telah menemukan pada masa sekarang adanya ombak dalam (internal waves) yang "terjadi pada batas pertemuan dua lapisan air yang memiliki perbedaan kepekatan." (lihat gambar 2).
Ombak dalam terjadi pada permukaan lapisan air di kedalaman lautan karena ia memiliki kepekatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan air di atasnya. Ombak dalam berperilaku mirip ombak permukaan. Ia juga bisa pecah seperti ombak di permukaan laut. Namun ombak dalam tidak bisa terlihat oleh mata biasa. Ia hanya bisa dideteksi melalui peralatan canggih dengan mempelajari perubahan suhu dan kandungan garam pada suatu lokasi tertentu.
»»  READMORE...

dua batas lautan

Gambar 13. Air laut Mediterania ketika memasuki Atlantik melalui selat Jibraltar turun ke kedalaman dengan tetap membawa sifatnya yang lebih hangat, berkadar garam lebih tinggi dan lebih pekat karena ada batas yang membagi antara kedua lautan tersebut. Suhu dalam derajat Celsius.
Gambar 13. Air laut Mediterania ketika memasuki Atlantik melalui selat Jibraltar turun ke kedalaman dengan tetap membawa sifatnya yang lebih hangat, berkadar garam lebih tinggi dan lebih pekat karena ada batas yang membagi antara kedua lautan tersebut. Suhu dalam derajat Celsius. (Marine Geology, Kuenen, hal. 43, dengan sedikit perubahan.) 



Ilmu pengetahuan moderen telah mengungkapkan bahwa pada tempat-tempat di mana dua lautan yang berlainan bertemu ada batas di antara keduanya. Batas ini membagi kedua lautan sehingga setiap laut memiliki suhu, kadar garam dan kepekatan tersendiri. Sebagai contoh, laut Mediterania memiliki air yang hangat, berkadar garam tinggi dan lebih pekat dibandingkan dengan lautan Atlantik. Ketika laut Mediterania memasuki Atlantik melalui selat Jibraltar, airnya bergerak beberapa ratus kilometer ke wilayah Atlantik pada kedalaman 1000 meter dengan tetap mempertahankan sifatnya yang hangat, berkadar garam tinggi dan lebih pekat. Pada kedalaman ini, air laut Mediterania berada dalam keadaan stabil. Meskipun ada ombak besar, arus dan pasang surut yang kuat, seolah-olah ada batas yang menghalangi pencampuran air dari ke dua lautan ini (lihat gambar 13).
Al Qur'an menyebutkan bahwa ada batas antara dua lautan yang bertemu dan keduanya tidak melampaui batasan ini. Allah berfirman:
مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ بَيْنَهُمَا بَرْزَخٌ لَا يَبْغِيَانِ

Dia membiarkan dua lautan mengalir yang keduanya kemudian bertemu, antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui masing-masing. (Al Qur'an, Ar-Rahman (55):19-20)
...
Informasi semacam di atas baru diketahui manusia pada abad terakhir melalui peralatan canggih untuk mengukur suhu, kadar garam, kepekatan, kelarutan oksigen dan seterusnya. Mata manusia tak bisa melihat perbedaan antara ke dua lautan yang bertemu. Mereka tampak sama saja.
»»  READMORE...

Gunung sebagai Pasak - Keajaiban Ilmiah Al Qur'an

Sebuah buku berjudul Earth adalah buku pegangan rujukan di banyak universitas di seluruh dunia. Salah seorang pengarangnya adalah Profesor Emeritus Frank Press. Ia adalah Penasehat Ilmu Pengetahuan dari mantan Presiden Amerika Jimmy Carter dan selama 12 tahun menjadi presiden dari National Academy of Sciences, Washington, DC. Buku tersebut menyatakan bahwa gunung-gunung mempunyai akar di bawah mereka. Akar ini menghunjam dalam, sehingga seolah gunung-gunung mempunyai bentuk bagaikan pasak .
Beginilah Al Qur'an menjelaskan tentang gunung-gunung. Allah berfirman:
أَلَمْ نَجْعَلِ الْأَرْضَ مِهَادًا وَالْجِبَالَ أَوْتَادًا
Bukankah Kami telah menjadikan bumi itu sebagai hamparan, dan gunung-gunung sebagai pasak? (An Naba', 78: 6-7)
Ilmu bumi moderen telah membuktikan bahwa gunung-gunung memiliki akar di dalam tanah dan akar ini dapat mencapai kedalaman yang berlipat dari ketinggian mereka di atas permukaan tanah. Jadi, kata yang paling tepat untuk menggambarkan gunung-gunung berdasarkan informasi ini adalah kata "pasak" karena bagian terbesar dari sebuah pasak tersembunyi di dalam tanah. Pengetahuan semacam ini, tentang gunung-gunung yang memiliki akar yang dalam, baru diperkenalkan di paruh kedua dari abad ke-19.
Sebagaimana pasak yang digunakan untuk menahan atau mencencang sesuatu agar kokoh, gunung-gunung juga memiliki fungsi penting dalam menyetabilkan kerak bumi. Mereka mencegah goyahnya tanah. Allah berfirman:
وَأَلْقَىٰ فِي الْأَرْضِ رَوَاسِيَ أَنْ تَمِيدَ بِكُمْ وَأَنْهَارًا وَسُبُلًا لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ
Dan Dia menancapkan gunung-gunung di bumi supaya bumi itu tidak goncang bersama kamu, (dan Dia menciptakan) sungai-sungai dan jalan-jalan agar kamu mendapat petunjuk. (An Nahl, 16:15)
Maha Benar Allah yang Maha Agung.
»»  READMORE...

Rabu, 26 Januari 2011

sadah ba'alawy

Risalah kecil ini adalah usaha seorang insan kerdil untuk memberi sedikit maklumat mengenai Ba ‘Alawi.lni ialah kerana ramai keturunan Ba ‘Alawi dewasa ini yang mempunyai sedikit sekali, malah ada yang langsung tiada mempunyai pengetahuan, mengenai asal usul mereka.


Saya amat berharap bahawa risalah yang cetek ini dapat menyingkap serba sedikit tentang asal usul Ba ‘Alawi, serta menaruh harapan agar ia dapat mencetuskan minat lalu mendorong golongan Sadah daripada keturunan Ba ‘Alawi untuk mengenali susur galur mereka secara lebih dekat lagi. Alangkah baiknya kalau risalah inidapat disebar luas bagi menemui seramai keturunan Alawi yang mungkin.

Semoga usaha ini diberkati Allah swt Jaafar bin Abu Bakar AI ‘Aydarus. Ba ‘Alawi - Siapakah Mereka ? Ba’Alawi ialah gelaran yang diberi kepada mereka yang bersusur-galur daripada Alawi bin Ubaidullah bin Ahmad bin Isa Al-Muhajir Ahmad bin Isa Al-Muhajir, telah meninggalkan Basrah di Iraq bersama keluarga dan pengikut-pengikutnya pada tahun 317H/929M untuk berhijrah ke Hadhramaut di Yaman Selatan. Cucu Ahmad bin Isa yang bernama Alawi, merupakan orang pertama yang dilahirkan di Hadralmaut.
Oleh itu anak-cucu Alawi digelar Ba ‘Alawi, yang bermakna Keturunan Alawi. Panggilan Ba ‘Alawi juga ialah bertujuan memisahkan kumpulan keluarga ini daripada cabang-cabang keluarga yang lain yang berketurunan daripada Nabi Muhammad s.a.w. Ba ‘Alawi juga dikenali dengan kata-nama Saiyid (Sadah bagi bilangan lebih daripada seorang).

Keluarga yang bermula di Hadhramaut ini, telah berkembang dan membiak, dan pada hari ini ramai di antara mereka menetap disegenap pelusuk Nusantara, India dan Afrika. Ahmad bin Isa Al-Muhajir Ilallah Dalam abad ke-10 Masehi, keadaan huru-hara mula menyelubungi dan menggugat empayar Abbasiyah yang berpusat di Iraq itu.

 Kerajaan tersebut kian bergolak menuju keambang keruntuhan. Kewibawaan Abbasiyah semakin terancam dengan berlakunya pemberontakan demi pemberontakan dan ini menjejaskan ketenteraman awam. Keadaan sebegini telah membawa padah kepada keturunan Nabi Muhammad s.a.w yang dikenali dengan gelaran Sadah itu.

Pada umumnya ummt Islam menghormati serta menaruh perasaan kasih sayang terhadap Sadah. lni bukan semata-mata kerana mereka ini keturunan Nabi Muhammad s.a.w, tetapi juga kerana mereka melambang pekerti yang luhur, keilmuan yang tinggi dan wara’ .

Apabila Ahmad bin Isa AI-Muhajir serta rombongan (seramai kurang lebih 70 orang ahli keluarga dan pengikut) meninggalkan Basrah , mereka membawa bersama mereka harta kekayaan yang banyak. Dengan harta ini mereka dapat memperolehi tanah yang luas yang digunakan untuk pertanian. Dan sewajarnyalah yang menjadi kegiatan utama golongan Ba ‘Alawi di Hadhramaut ini ialah pertanian.




Sementara itu mereka juga bebas untuk beribadah dan membina masyarakat berdasakan ajaran Al-Qur’an dan Sunnah. Fasa Perkembangan Ba ‘Alawi Perasaan golongan Ba’ Alawi terhadap kampung halaman mereka di Basrah masih kuat dan menebal, walaupun mereka telah memilih untuk membina penghidupan baru di Hadramaut.

Oleh itu tidak hairanlan sekiranya didapati ramai dikalangan Ba ‘Alawi yang selalu berulang alik di antara Hadhramaut dan Basrah untuk menziarahi sanak saudara yang masih berada di Basrah. Hubungan diantara Ba ‘Alawi dengan Basrah berterusan. Masa kini masih terdapat keturunan saudara AlMuhajir, iaitu Muhammad bin Isa di sekitar Basrah.

Salah suatu ciri hidup golongan Ba ‘ Alawi ialah mereka ingin bebas bergerak dan tidak suka terkongkong di suatu daerah sahaja. Tambahan pula, di tempat seperti Hadhramaut peluang untuk mencari rezeki terlalu terhad. Ini menyebabkan individu mahupun kumpulan Ba ‘Alawi sanggup berpindah memulakan hidup ditempat-tempat yang lain seperti Yaman, Syam (Syria), dan Iraq.

Tambahan pula Hadhralmaut merupakan tempat yang tidak mempunyai pemerintahan yang stabil, dan oleh itu tidak sunyi daripada tercetusnya perbalahan dan pergaduhan di antara kabilah-kabilah yang menjadi penghuni tetap di kawasan tersebut. Sejarah perkembangan Ba ‘Alawi, mengikut pandangan Sayid Ahmad bin Muhammad Assyathiri boleh dibahagikan kepada empat fasa, setiap fasa mempunyai cirinya yang tersendiri.

Perkembangan ini adalah bergolak di sekitar beberapa tokoh Ba ‘Alawi, serta juga pengalaman jatuh bangunnya mereka dalam menempuhi kehidupan yang sering berubah itu. Namun begitu, golongan Ba ‘Alawi masih berpegang teguh kepada keperibadian mereka, dan perkara yang mempegaruhi kecekalan golongan ini ialah istiqamah kepada ajaran AlQur’an dan Sunnah.

Fasa perkembangan Ba ‘Alawi boleh dihuraikan seperti berikut: Fasa Pertama Fasa ini bermula dengan zaman Ahmad bin Isa Al-Muhajir dan berakhir dengan Al-Faqih Muqaddam Muhammad bin Ali, iaitu jangka masa di antara abad ke-3 hingga abad ke-7 Hijrah. Pada zaman tersebut pemimpin dan tokoh-tokoh Ba ‘Alawi dikenali dengan gelaran Imam.

Tokoh-tokoh pada masa itu digelar dengan panggilan Imam Mujtahid, iaitu mereka yang tidak terikat dengan mana-mana mazhab. Tokoh-tokoh terkemuka pada masa itu ialah keturunan daripada Ubaidullah bin Ahmad bin Isa AlMuhajir, melalui 3 orang putera beliau, iaitu Bashri, Jadid dan Alawi. Namun begitu, keturunan Bashri dan Jadid tidak berhayat panjang. Mereka hanya dapat mempelopori dan mengembangkan penyebaran ilmu hinggalah ke tahun 620an H/1223M.

Keturunan Bashri dan Jadid yang terkemuka ialah Imam Salim bin Bashri (wafat pada 604H/1208M) dan Imam Abu Hassan Ali bin Muhammad bin Jadid (wafat pada 620H/1223M). Tradisi pengajian Ilmu, bagaimanapun di teruskan oleh keturunan Alawi, dan yang lebih terkenal di antara mereka ialah Imam Muhammad bin Ali bin Alawi. Beliau lebih dikenali dengan gelaran Sahib Marbat (wafat pada 556H/1161M). Tradisi keilmuan, ini juga diteruskan oleh dua orang putera Sahib Marbat, iaitu Imam Alwi dan Imam Ali, dan oleh putera Imam Ali, iaitu Al-Faqih Muqaddam Muhammad bin Ali, serta tokoh-tokoh yang datang kemudian daripada mereka.
»»  READMORE...

kajian thariqah alawiyyah 6

Bismillahirrahmaanirahiim...

Berkata Al-Habib Abdullah bin Alwi Alhaddad,


“Tidak akan pernah kosong suatu jaman daripada para tokoh utama Bani Alawy, sampai nanti datangnya Al-Imam Mahdi yang dijanjikan. Mereka ada yang suka menyendiri dan tertutup keadaannya, namun ada juga yang sering terlihat di antara manusia dan terkenal.”

Beliau kemudian melanjutkan,

“Terkadang Allah mengumpulkan pada sebagian orang-orang khusus ilmu-ilmu dhahir dan bathin, serta menganugerahkan kepadanya keahlian untuk memberikan kemanfaatan buat kalangan khusus dan kalangan umum. Allah juga menganugerahkan ilmu tentang syariah, ilmu thariqah dan ilmu haqiqah. Anugerah-anugerah tersebut biasanya diberikan kepada sekelompok orang dari salafus sholeh. Anugerah-anugerah tersebut juga diberikan kepada sekelompok orang yang tak dapat dihitung jumlahnya dari Saadah Bani Alawy. Hal tersebut dapat diketahui oleh orang yang melihat perjalanan-perjalanan hidup mereka dan membaca sejarah hidup mereka.”
{M0re...}
Beliau masih terus melanjutkan kalamnya,

“Sesungguhnya thariqah Bani Alawy adalah sekokoh-kokohnya dan selurus-lurusnya jalan. Perjalanan kehidupan mereka adalah sebaik-baiknya perjalanan dan seindah-indahnya suri tauladan. Sesungguhnya mereka berjalan pada suatu thariqah yang lurus, terang, jernih dan selamat.”

Beliau juga berkata,
“Tidak sepantasnya bagi seorang dari keturunan Bani Alawy untuk memilih jalan di luar jalan yang sudah ditempuh oleh para pendahulunya. Tidak sepantasnya ia berpaling dari thariqah dan siroh mereka1. Mereka bahkan harus sebaliknya, mengikuti dan bahkan berusaha menarik orang yang mengaku sudah mendapatkan jalan di luar jalan yang ditempuh olehnya dan oleh keluarga Bani Alawy. Hal ini dikarenakan thoriqah mereka telah disaksikan nilai kebenarannya oleh Al-Qur’an, As-Sunnah, jejak-jejak sholihin dan perjalanan para Salafus Sholeh. Itu semua terjadi karena mereka menerima thariqah tersebut generasi dari generasi sebelumnya, ayah dari kakeknya, dan terus begitu sampai kepada baginda Nabi SAW2. Kedudukan (maqam) mereka bertingkat-tingkat (di sisi Allah), ada yang utama dan ada yang lebih utama, ada yang sempurna dan ada yang lebih sempurna.”



[Diambil dari kitab Al-'Alam An-Nibroos, karya Al-Habib Abdullah bin Alawy Al-Atthas]

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
CATATAN KAKI :
1. Sungguh amat disayangkan orang yang bernasabkan ke Bani Alawy, tapi ia tidak berjalan pada thariqah salafnya dan memilih jalan lain yang justru bertentangan dengan jalan pendahulunya. Berkata Sayyiduna Al-Imam Muhammad bin Ahmad bin Ja’far bin Ahmad bin Zein Alhabsyi, “Qodho (ketetapan) itu tidak dapat dipungkiri, dan syariat harus diikuti tanpa dikurangi dan ditambahi. Para imam kita keluarga Bani Alawy telah melintasi jalur yang mulus dan jalan yang lurus. Barangsiapa yang mencari aliran baru untuk dirinya sendiri atau untuk putra-putrrinya dengan cara tidak menempuh di jalan para datuk-datuknya yang saleh dan mulia, maka pada akhir umurnya ia akan menemui kekecewaan dan kebinasaan.”

2. Al-Habib Abdullah bin Alwi Alhaddad berkata, “Mereka mengikuti jejak Rasulullah dan para sahabatnya, serta para tabi’in, maka berjalanlah kamu dan ikutilah mereka. Mereka berjalan menuju suatu jalan kemuliaan, generasi demi generasi dengan begitu kokohnya.”
»»  READMORE...

kajian thariqah alawiyyah 5

Bismillahirrahmaanirrahiim...

Mereka (para Saadatunal Alawiyyin) selalu menafkahkan hartanya, tidak menahannya pada saat harta tersebut pertama kali didapatkannya dan tidak mengumpulkannya pada saat harta tersebut ada pada mereka. Mereka selalu melayani sendiri tamu-tamunya. Mereka seringkali makan bersama pembantu dan budaknya, dan membawa sendiri barang belanjaannya dari pasar.


Mereka tak pandang bulu menyalami orang kaya, miskin, orang berkelas ataupun tak berkelas. Mereka selalu memberikan salam kepada siapa saja yang ditemuinya dan mereka tidak memandang ketinggian kedudukan mereka di sisi Allah, walaupun kedudukan mereka itu sudah begitu tingginya. Bahkan mereka menganggap dirinya pantas untuk menerima siksaan, karena mereka merasa ada sesuatu yang kurang pantas dalam berhubungan dengan Allah. Dan setiap kedudukan mereka semakin tinggi di sisi Allah, mereka justru semakin menganggap bahwa dirinya lebih hina dari makhluk Allah yang lain. Padahal sebaliknya kedudukan mereka sudah mencapai kedekatan dalam menyaksikan kemahabesaran Allah. Itu semua berhasil mereka dapatkan setelah mereka berusaha untuk berakhlak yang luhur dan mempelajari berbagai ilmu.
{m0re...}
Jika mereka dilihat sedang dalam keadaan berdzikir kepada Allah, maka melihat kepada mereka itu dapat membawa seseorang untuk juga ikut berdzikir. Mengenai sifat-sifat mereka, berkata pengarang kitab Al-Masyra’ Ar-Rowiy1 di dalam menyebutkan jalan tasawuf yang mereka jalani,

"Demi Allah, sungguh para salaf kita, Bani Alawy (semoga Allah meridhoi mereka), menjalani jalan tasawuf, mengamalkan ilmu mereka, dan mencurahkan waktunya yang berharga untuk menjauhi hal-hal yang dapat mempersulit mereka di dalam mengikuti sunnah Nabi SAW dan mengamalkannya. Dan setiap kali seseorang itu mengamalkan suatu sunnah, maka Allah akan mempermudahnya untuk mengamalkan sunnah yang lainnya yang belum ia amalkan. Berkata Al-Junaid2 (semoga Allah meridhoinya), ‘Melakukan suatu kebaikan setelah melakukan kebaikan yang lain adalah termasuk balasan dari kebaikan pertama yang ia kerjakan. Begitu juga berbuat kejahatan setelah melakukan kejahatan yang lain adalah termasuk akibat dari kejahatan pertama yang ia lakukan.’ Oleh karena itu mereka (Saadatunal Alawiyyin) berusaha melakukan suatu kebaikan sekuat mungkin dan sesuai dengan karunia-karunia yang Allah telah berikan kepada mereka sebelumnya.”

Berkata Sayyidina Al-Imam Abdullah bin Alwi Alhaddad,

“Sesungguhnya Sayyidi Ahmad bin Isa bin Muhammad bin Ali bin Ja’far Ash-Shodiq bin Muhammad Al-Baqir (semoga Allah meridhoi mereka semua), ketika melihat berbagai bid’ah, bertebarnya hawa nafsu dan pertentangan pendapat di Irak, mereka memutuskan hijrah dari sana, berpindah-pindah tempat, sampai menginjakkan kakinya di Hadramaut, dan akhirnya memutuskan untuk menetap disana sampai akhir hayatnya.

Disanalah beliau banyak menurunkan anak cucunya yang terkenal dengan ilmu, ibadah, kewalian dan makrifahnya mereka kepada Allah. Tidak masuk kepada mereka bid’ah-bid’ah dan pemuasan hawa nafsu, yang kesemuanya itu berkat jasa beliau dan berkat larinya beliau dari tempat asalnya demi untuk menjaga agamanya dari tempat-tempat berjangkitnya fitnah. Semoga Allah membalas jasanya dengan sebaik-baiknya dan meninggikan derajatnya bersama pendahulunya yang mulia di surga yang tertinggi. Serta semoga Allah juga mengumpulkan kita bersama mereka di dalam kebaikan dan afiah, tidak menjadikan kita sebagai orang-orang yang merubah jalan mereka, tidak berbuat fitnah dan selamat dari fitnah. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengasih.”



Sumber:
[Diambil dari kitab Al-'Alam An-Nibroos, karya Al-Habib Abdullah bin Alawy Al-Atthas]

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
CATATAN KAKI :
1. Pengarang kitab Al-Masyra’ Ar-Rowiy adalah Al-Habib Muhammad bin Abubakar bin Ahmad Asy-Syiliy. Beliau meninggal pada tahun 1093 H di kota Makkah. Sedangkan kitab karangan beliau tersebut adalah suatu kitab yang berisi tentang managib para Saadah Bani Alawy. Kitab tersebut merupakan salah satu kitab yang cukup muktamad (diakui) di kalangan para Salaf Bani Alawy.

2. Yang dimaksud Al-Junaid disitu adalah Al-Imam Al-Junaid bin Muhammad Az-Zujaaj, seorang wali agung dan terkenal dengan sebutan Sayyid Ash-Shufiyyah (pemuka ahli sufi). Beliau dilahirkan di Baghdad dan meninggal disana pada tahun 297/298 H.
»»  READMORE...

kajian thariqah alawiyyah 4

Bismillahirrahmaanirrahiim...

Mereka (para Saadatunal Alawiyyin) tidak membuat dirinya tercela di hadapan umum. Mereka tidak suka ditanya tentang amal perbuatan yang mereka lakukan dan mereka juga tidak suka menanyakan amal perbuatan orang lain1. Jika sampai kepada mereka suatu berita bahwa seseorang dari pejabat pemerintahan berkeinginan berkunjung ke majlisnya, mereka akan menutup majlisnya itu2. Jika orang-orang tersebut tiba-tiba sudah terlanjur datang di majlisnya, mereka tidak menyukainya dan akan mempersingkat majlisnya.


Mereka adalah orang-orang yang berzuhud dari dunia3 dan kepemimpinan, bersikap qona’ah, dengan merasa cukup di dalam hal pakaian, makanan dan tempat tinggal. Mereka tidak membangun tempat tinggal kecuali yang diperlukan saja. Mereka tidak suka menerima pemberian apapun dari penguasa dan staf-stafnya, meskipun mereka sendiri memerlukannya. Bahkan mereka merasa berkecukupan dengan sepotong roti yang halal atau sebuah kurma. Jika mereka tidak mempunyainya, mereka lebih memilih berpuasa, sampai mereka mendapatkannya yang halal. Mereka tidak bergembira jika mendapatkan harta dan tidak bersedih jika kehilangan harta. Seringkali terjadi jiwa mereka merasa lega jika harta itu pergi dari mereka. Sebagian dari mereka terkadang satu dua bulan tidak makan apa-apa kecuali kurma. Terkadang mereka hidup tanpa dapat berganti-ganti pakaian dalam waktu yang panjang.
{M0RE...}

Mereka tidak suka memaksa keluarganya untuk memasakkan makanan baginya. Mereka tidak pernah mengendarai kuda, tidak memakai pakaian mewah, tidak memakan makanan yang lezat, tidak duduk diatas kursi dan tidak tinggal pada bangunan yang mewah, kecuali (ya Allah, semoga saja demikian) mereka memastikannya halal. Adakalanya mereka mengenakannya jarang-jarang, atau mengenakan apa-apa yang tidak akan menjadi hisab di hadapan Allah, bahkan adakalanya juga baju yang mereka kenakan lebih mahal daripada bajunya raja-raja.

Mereka tidak suka menimbun makanan, karena semata-mata ingin mengosongkan tangannya dari dunia. Terkadang sebagian dari mereka menyimpan makanan untuk kepentingan keluarganya, demi semata-mata ingin mengikuti perbuatan Nabi SAW atau juga sebagai penenang jiwanya karena rasa gelisah atau tuduhan yang adakalanya terjadi atau juga karena kuatir disangka rejekinya didapatkannya dari jalan kasyaf4. Setiap dari mereka mengutamakan mencari rejeki yang halal untuk memenuhi keperluan-keperluannya. Mereka juga menafkahkan hartanya untuk memberi makan orang yang lapar, memberi pakaian orang yang tak berpakaian dan melunasi hutang orang yang tak sanggup membayar hutangnya.



-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
CATATAN KAKI :
1. Suatu kali para sahabat membicarakan seseorang yang setiap kali sehabis shalat di masjid, ia buru-buru pergi tanpa pernah terlihat ia melakukan shalat sunnah. Para sahabat mengadukan hal ini ke Rasulullah SAW. Beliau SAW bertanya, “Benarkah ia selalu menunaikan kewajiban shalatnya?.” Para sahabat menjawab, “Iya, betul.” Beliau SAW berkata, “Barangsiapa yang ingin melihat seseorang dari calon penghuni surga, lihatlah orang tersebut.” Demikian juga para Saadah kita, mereka tidak suka menanyakan amalan orang lain seperti dengan bertanya, “Engkau shalat tahajud apa tidak?”, “Engkau puasa Senin-Kamis apa tidak?”, atau “Engkau bersedekah apa tidak?.” Mereka juga tidak suka ditanyai tentang amalan-amalan mereka dan lebih suka menyembunyikannya.

2. Hal ini sudah menjadi darah daripada thariqah Saadah kita yang menggariskan untuk tidak dekat-dekat dengan wilayah kekuasaan. Al-Habib Abdullah bin Alwi Alhaddad di dalam bukunya Ad-Da’wah At-Tammah berkali-kali menegaskan hal ini. Hubungan antara mereka dan sumber kekuasaan tidak lain adalah hubungan amar ma’ruf nahi munkar.

3. Sayyidina Ali bin Abi Thalib berkata tentang zuhud, “Zuhud itu bukanlah tidak memiliki sesuatu, akan tetapi zuhud itu adalah sesuatu berharga yang patut dimiliki.” Ada juga yang berkata, “Zuhud itu bukanlah tidak memiliki sesuatu dari dunia, akan tetapi semua yang dimilikinya dari dunia tak berarti apa-apa baginya.”

4. Maksudnya dari jalan kasyaf disitu adalah rejeki tersebut diperolehnya dari berkat ketinggian maqamnya, sehingga Allah langsung memberinya turun dari langit, tanpa berusaha. Meskipun itu semua bisa mereka lakukan, akan tetapi mereka lebih suka mengikuti datuk mereka yang mulia SAW yang masih berusaha untuk memberi nafkah keluarganya.
»»  READMORE...

kajian thariqah alawiyyah 3

ismillahirrahmaanirrahiim...

Jika mereka (para Saadatunal Alawiyyin) mendapatkan kesulitan (dari permasalahan agama), maka mereka mengikuti pendapat para ulama yang membahas masalah tersebut, lalu mengkajinya, sehingga mereka dapat mendudukkan permasalahan itu pada tempatnya dan menerangkannya. Jika mereka ragu-ragu terhadap permasalahan tersebut, maka mereka mengembalikannya kepada fatwa seorang yang layak memberi fatwa, dan mereka mengakui ketidakmampuannya dengan mengembalikannya kepada kebenaran.


Mereka mempunyai perhatian yang mendalam terhadap kitab-kitab karya Al-Imam Al-Ghazaly, terutama kitab Al-Ihya, Al-Basith, Al-Wasith, Al-Wajiiz dan Al-Kholashoh. Mereka juga menaruh perhatian yang mendalam terhadap Hadits, sehingga banyak di antara mereka yang sampai pada derajat Al-Huffadz1.
Ketika orang-orang akhir jaman pada jaman mereka melihat apa-apa yang pernah diperingatkan oleh Rasulullah SAW daripada tanda-tanda yang sudah terjadi pada jaman sebelumnya seperti belajar tanpa mau mengamalkan, mencari pengetahuan hanya untuk kepentingan dunia, banyak orang-orang kikir yang ditaati, banyak mengikuti hawa nafsu, menyerahkan urusan kepada yang bukan ahlinya, banyaknya perbuatan keji yang dilakukan oleh orang-orang bodoh, dan lain sebagainya yang pernah dikatakan di dalam suatu Hadits, maka mereka meninggalkan perbuatan memberi fatwa, memberikan pengajaran dan mengarang, dan mereka lebih suka menjaga diri mereka (dari fitnah akhir jaman). Mereka menganggap hal itulah yang terpenting. Itulah hakekat yang sebenarnya daripada pengamalan hadits-hadits Nabi dan hal itu lebih utama daripada sekedar meriwayatkan hadits2.
Mereka saling menolak untuk memberi fatwa karena besarnya ketakwaan mereka. Jika mereka ditanya dengan pertanyaan yang banyak, mereka lebih suka dengan menjawabnya dengan secukupnya. Mereka lebih memilih suatu amalan-amalan yang paling berat dan paling utama. Mereka berusaha bersungguh-sungguh untuk keluar dari perselisihan di antara para ulama3.

Mereka sering menyembunyikan ibadah mereka karena takut akan riya. Jika salah seorang di antara mereka berbicara untuk memberikan nasehat atau yang selainnya dan mereka takut terkena riya, mereka lalu membawa pembicaraannya kepada sesuatu yang dapat terhindar dari riya. Jika mereka meneteskan airmata ketika membaca Al-Qur’an, Hadits atau nasehat, maka mereka menutupinya dengan senyuman4.

[Diambil dari kitab Al-'Alam An-Nibroos, karya Al-Habib Abdullah bin Alawy Al-Atthas]

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
CATATAN KAKI :
1. Huffadz adalah julukan bagi orang yang banyak menghafalkan hadits.

2. Al-Habib Abdullah bin Alwi Alhaddad dalam bukunya yang berjudul Ad-Da’wah At-Tammah menulis suatu maqalah yang berbunyi “Lisaanul haal afshoh min lisaanil maqol” (“Lisan pengamalan lebih fasih daripada lisan perkataan”).
3. Sikap ini berkenaan dengan perbedaan para ulama dalam masalah agama.
4. Ini biasa sering mereka lakukan bila mereka berada di tengah-tengah majlis. Mereka takut jika airmatanya yang menetes itu terlihat orang lain di majlis tersebut, lalu dalam diri mereka timbul riya. Oleh karena itu, biasanya mereka menutupinya dengan berpura-pura tersenyum atau menahan sebisa mungkin agar airmatanya tak menetes. Radhiyallahu ‘anhum ajmain.
»»  READMORE...

kajian thariqah alawiyyah 2

Bismillahiraahmaanirrahiim..

Berkata Sayyidunal Imam Al-Qutub Ali bin Abubakar1 di dalam kitabnya yang berjudul Al-Barqah Al-Musyiiqah yang menyebutkan sifat mereka (Saadatunal Alawiyyin) dan mengenalkan atribut mereka :

''Adapun keturunan Al-Imam Ahmad bin Isa2, mereka datang ke Hadramaut dan menetap di kota Tarim. Kota Tarim adalah tempat tinggal yang mereka. Mereka adalah para tokoh mulia yang berpekerti luhur, berakhlak tinggi, berperilaku terpuji, berjiwa mulia, bertekad tinggi, dan berketetapan hati. Mereka adalah para tokoh yang secara naluri memang mempunyai sifat rendah hati dan berkepribadian mulia.

Mereka mempunyai rasa cinta yang kuat dan rasa kasih-sayang yang dalam kepada kebaikan dan pelakunya. Dengan itu mereka menghapuskan atribut mereka dan menghilangkan hawa nafsu mereka, dan mereka lebih mengorbankan diri mereka sendiri untuk orang lain, walaupun mereka sendiri sebenarnya membutuhkannya. Secara garis besar, mereka rela meninggalkan hak-hak mereka di dalam banyak hal, menghapus pandangan terhadap diri mereka, dan menegakkan hak-hak orang lain, serta mereka sama sekali tidak mengeluh tentang hal ini dan tidak juga dianggap telah banyak berbuat baik.”
Dalam kesempatan lain, beliau juga berkata tentang keluarga Abi Alawy :
''Banyak di antara mereka menjadi para fugaha, ulama dan imam. Di antara mereka terdapat para tokoh yang mulia, seperti para qutub, autad, abdal3, ahli ibadah, auliya dan pemuka agama. Mereka berpaling dari yang selain Allah. Kalbu-kalbu mereka mereka tenggelam dalam rasa cinta kepada Allah. Hingga dikatakan bahwa telah terkumpul di dalam diri mereka kesempurnaan kemuliaan nubuwwah, dan kemuliaan nasab yang terpilih, serta kemuliaan kesucian dan kemurniaan dari segala macam bid’ah dan kejahatan cengkeraman harta. Mereka dengan sempurna mengikuti Al-Kitab dan As-Sunnah, disertai dengan akidah yang lurus. Terkumpul pada diri mereka manfaat-manfaat dan kecenderungan kepada apa-apa yang telah diwariskan oleh Nabi Muhammad SAW dan asrar beliau. Di dalamnya tak luput dari apa-apa yang telah diwariskan oleh Nabiyallah Isa, Nabiyallah Musa, Nabiyallah Ibrahim dan warisan-warisan kenabian.”

Mereka (Saadatunal Alawiyyin), semoga Allah meridhoi mereka, bersungguh-sungguh secara sempurna di dalam melaksanakan ibadah-ibadah, disertai dengan meninggalkan adat-istiadat4 dan nafsu syahwat. Bilamana tiba waktu malam, mereka tegak di atas kaki-kaki mereka, menundukkan wajah-wajah mereka diatas tanah, serta berlinangan airmata. Jika salah seorang di antara mereka sudah menginjak dewasa, dilipatlah hamparan tidurnya.
Mereka menjauhi pergaulan dengan masyarakat, kecuali untuk suatu hajat atau darurat. Dan jika terpaksa bergaul dengan mereka, mereka bergaul secara hati-hati agar tidak berselisih dengan mereka. Jika salah seorang di antara mereka (Saadatunal Alawiyyin) sakit dan tidak ada seorang pun yang menjenguknya, maka mereka menganggapnya itu adalah suatu keutamaan. Jika dalam suatu hari mereka tidak bertemu dengan seorang pun, mereka menganggap itu adalah suatu hari raya.

Sebagian dari mereka lebih memilih pergi ke gunung-gunung dan lembah-lembah untuk beribadah disana siang dan malam. Sebagian dari mereka pergi kesana hanya pada waktu malam hari dan pada dini harinya mereka sudah berada di rumahnya, seolah mereka tidur di rumahnya sendiri. Sebagian dari mereka pergi kesana pada siang hari dan kembali ke keluarganya pada malam harinya, tanpa sepengetahuan anak-anaknya. Dengan kebiasaan itu, mereka tetap menjalankan shalat jum’at dan shalat jama’ah di awal waktunya, kecuali kalau ada udzur syar’i5. Sebagian dari mereka menghabiskan waktu siangnya untuk dengan mengajar dan memberikan petuah-petuah agama. Mereka menghabiskan seluruh waktunya untuk memberikan kemanfataan kepada manusia, waktu demi waktu.



[Diambil dari kitab Al-'Alam An-Nibroos, karya Al-Habib Abdullah bin Alawy Al-Atthas]
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------
CATATAN KAKI :
1. Yaitu Al-imam Al-Qutub Ali bin Abubakar As-Sakron bin Abdurrahman Assegaf bin Muhammad Maulad Dawilah. Beliau dilahirkan pada tahun 818 H. Pada saat kelahirannya, kakeknya, Al-Imam Al-Muqaddam Ats-Tsani Abdurrahman bin Muhammad Assegaf berkata, “Telah datang pada malam ini kepada putraku Abubakar seorang anak yang suci.” Beliau, Al-Imam Ali bin Abubakar, adalah seorang wali besar di jamannya. Berkata Asy-Syeikh Ibrahim bin Muhammad Bahurmuz Asy-Syibami, “Kalau seandainya Asy-Syeikh Ali bin Abubakar bukan seorang qutub (pemimpin para wali) pada jamannya, maka tidak akan ada lagi qutub di muka bumi ini.” Beliau wafat pada hari minggu, 12 Muharam, tahun 895 H, pada usia 77 tahun.


2. Yaitu Al-Imam Ahmad bin Isa Al-Muhajir, yang berhijrah dari Irak ke Hadramaut, guna menyelamatkan keluarganya dari cengkeraman fitnah-fitnah yang dilakukan oleh para ahlil bid’ah.

3. Qutub, autad dan abdal adalan tingkatan kedudukan para wali Allah. Yang paling tinggi di antara mereka adalah qutbul ghauts (pemimpin para wali). Di setiap jaman terdapat hanya satu qutbul ghauts. Di bawahnya adalah tingkatan qutub. Dibawahnya lagi ada tingkatan autad. Dibawahnya lagi ada tingkatan abdal. Dan demikian seterusnya kedudukan mereka bertingkat-tingkat sesuai mujahadah mereka kepada Allah. Mereka semua biasa kita mengenalnya dengan sebutan para auliyaillah.

4. Tentunya adat-istiadat yang dimaksud disana adalah adat-istiadat yang bertentangan dengan syariah. Sedangkan adat-istiadat yang sejalan dengan syariah, maka seharusnyalah tidak ditinggalkan. Hal ini sebagaimana yang telah dikatakan dalam suatu maqalah dan dinukil oleh Habib Abdullah bin Husin Bin Thahir Ba’alawy dalam majmu’ (kumpulan) kalamnya, “Tarkul ‘aadah ‘adaawah (meninggalkan adat itu dapat mendatangkan permusuhan).”

5. Udzur syar’i adalah halangan yang diperbolehkan oleh syariah.

Dikutuib dari bisyarah
»»  READMORE...

kajian thariqah alawiyyah 1

Bismillahirrahmaanirrahiim...

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Hanya kepada-Nya kami memohon pertolongan atas segala urusan dunia dan agama. Kesudahan yang baik hanyalah bagi orang-orang yang bertakwa. Dan tidak ada permusuhan kecuali atas orang-orang yang berbuat zalim. Shalawat dan salam yang sempurna dan menyeluruh semoga selalu terlimpahkan kepada junjungan kita Muhammad, pemuka keturunan Adnan, dan juga semoga terlimpahkan kepada para keluarga dan sahabat-sahabat beliau yang arif.


Amma ba’du. Sesungguhnya mengetahui thariqah para salaf adalah termasuk keharusan yang sangat. Dan menyimpang kepada selainnya dari jalan-jalan lain yang beraneka ragam perpecahannya adalah merupakan suatu kebinasaan dan kerugian. Oleh karena itu aku disini ingin menghiasi kitab Sabiil Al-Muhtadiin fi Dzikr Ad-iyah Ashaab Al-Yamiin1 dengan kitabku yang berjudul Al-Ilm An-Nibroos fi At-Tanbiih Alaa Manhaj Al-Akyaas dengan tujuan agar seorang yang bodoh sepertiku ini dapat mengetahui thariqah para salaf dan apa-apa yang para saadah2 yang mulia berjalan diatasnya, khususnya para saadahku Al-Alawiyyin yang tercinta dan cendekia. Maka aku menjadikan kalimatku ini sebagai kalimat pembuka bagi kitab ini. Semoga Allah memberikan taufik menuju kebenaran. Dan sekarang inilah saatnya memulai dalam menggapai tujuan.

Allah Ta’ala berfirman :


“Dan sesungguhnya engkau (wahai Muhammad) benar-benar menunjukkan kepada jalan yang lurus, jalan menuju Allah yang bagi-Nya segala apa-apa yang ada di langit dan di bumi. Ketahuilah, hanya kepada Allah-lah kembalinya segala urusan.”

Itulah Beliau SAW, pembawa petunjuk dengan cahaya Allah Ta’ala kepada siapa saja yang Dia kehendaki dari hamba-Nya. Untuk siapa saja yang berjalan lebih dahulu diatasnya, maka inayah Allah baginya menuju jalan yang lurus. Itulah jalan yang ditunjukkan oleh suatu ayat :

“Dan sesungguhnya inilah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah ia, dan janganlah kalian mengikuti jalan-jalan (lain) karena dapat memisahkan kalian dari jalan (lurus) itu.”

Itulah jalan yang telah dijelaskan di dalam Al-Qur’an yang berbunyi :

“Tidak menyentuhnya suatu kebatilan, baik dari hadapannya maupun dari belakang, diturunkan dari Yang Maha Bijak lagi Maha Terpuji.”

Itulah jalan yang diperjelas dalam perkataan, perbuatan dan ketetapan-ketetapan beliau SAW, yang dapat diambil sebagai contoh daripada keadaan-keadaan beliau SAW di dalam perjalanan dan akhlaknya, dan juga daripada para tokoh sahabat dan keluarga beliau, serta para salafus sholeh yang mengikuti mereka dan begitu juga orang-orang yang mengikuti mereka.

Sungguh telah menjelaskan semua itu dua orang imam, yaitu Al-Imam Abu Thalib Al-Makky di dalam kitabnya Al-Quut, dan Al-Imam Abul Qasim Al-Qusyairy di dalam kitabnya Ar-Risaalah3. Dan begitu juga dengan orang-orang yang berjalan mengikuti kedua imam tersebut. Kemudian datanglah Al-Imam Al-Ghazali memerincinya, membaguskannya, menuliskannya, mengklasifikasikannya, menguatkannya dan menjadikannya lebih baik. Inilah jalan yang ditempuh oleh saadah Bani Alawi yang berasal dari Hadramaut dan bernasabkan ke sayyidina Husain (cucu Nabi SAW). Demikianlah mereka menerimanya dari generasi demi generasi, dari ayah ke ayah, dan mereka mewarisinya dari semenjak Al-Imam Husain, kemudian Al-Imam Ali Zainal Abidin, kemudian Al-Imam Muhammad Al-Bagir, kemudian Al-Imam Ja’far Ash-Shadiq, dan begitulah seterusnya diterima bergenerasi dari pemuka para imam sampai sekarang ini. Dengan demikian dapat diketahui bahwa jalan para Saadah Bani Alawy tiada lain adalah Al-Kitab dan As-Sunnah. Derajat mereka bertingkat-tingkat di sisi Allah dan Allah-lah Yang Maha Mengetahui dengan apa-apa yang mereka lakukan.

Berkatalah Al-Imam Syaikhul Islam Abdullah bin Ahmad Basaudan di dalam kitabnya Al-Futuuhaat Al-’Arsyiyyah :

“Sesungguhnya para saadatunal Al-Alawiyyin (semoga Allah memberikan kemanfaatan kepada kita berkat mereka dan asrar4 mereka), kebanyakan dan sebagian besar dari mereka tidak memberikan perhatian, tidak bergiat diri, dan tidak bersungguh-sungguh, kecuali setelah menguatkan ilmu-ilmu muamalat5 secara keilmuan, amal dan perasaan.”

[Diambil dari kitab Al-'Alam An-Nibroos, karya Al-Habib Abdullah bin Alawy Al-Atthas]


1. Kitab Sabiil Al-Muhtadiin fi Dzikr Ad-iyah Ashaab Al-Yamiin adalah merupakan kitab yang disusun oleh beliau sendiri yang di dalamnya banyak berisi dzikir, wirid dan shalawat, yang berasal dari para auliyaillah. Kitab ini sangat terkenal di kalangan salaf kita dan merupakan pedoman untuk dipakai sebagai amalan dzikir, wirid dan shalawat. Berkata Asy-Syeikh Muhsin bin Nashir bin Sholeh terhadap kitab ini, “Majmu’ ini andaikata dijual/ditukar dengan emas berlian, pastilah si pembelinyalah yang akan beruntung dengan mendapatkan cahaya dan keselamatan pada hari kiamat.”

2. Saadah : pemuka, orang-orang mulia, tokoh, panutan atau pemimpin dalam suatu kaum.

3. Oleh karena itu biasanya kitab Ar-Risaalah karangan Al-Imam Abul Qasim Al-Qusyairy ini terkenal dengan nama Ar-Risaalah Al-Qusyairiyyah.

4. Kata asrar bentuk jamak dari kata sirr yang berarti rahasia. Kata ini sering dipakai dalam dunia tasawuf, yang mempunyai makna yaitu rahasia kebaikan dan kemuliaan yang dipunyai oleh seseorang atau sesuatu.

5. Ilmu-ilmu muamalat yang dimaksud disini adalah ilmu-ilmu yang berhubungan dengan Allah dan makhluk-Nya, seperti ilmu tentang bagaimana caranya beribadah kepada Allah, ilmu tentang hukum-hukum Allah, ilmu tentang bagaimana berinteraksi dengan manusia dan sebagainya.

-------------------------------------------------------------------------------------------------------------


CATATAN KAKI :
1. Yang dimaksud kitab Ihya’ disitu adalah kitab Ihya’ Ulumiddin, karangan Hujjatul Islam Al-Imam Al-Ghazali. Dalam pandangan para aimmah (pemuka) salaf kita, kitab Ihya’ menjadi suatu bacaan wajib bagi para Alawiyyin. Berkata salah seorang pemuka dari mereka, Al-Imam Al-Habib Abdurrahman bin Muhammad As-Saggaf, “Barangsiapa yang tidak pernah membaca kitab Ihya’, maka ia tak mempunyai rasa malu.” Demikian juga dengan yang dikatakan oleh Al-Imam Al-Habib Abdullah bin Abu Bakar Al-Aidrus, “Bagus, bagus, bagus, bagus, bagi seseorang yang menjadikan kitab Ihya’ sebagai keluarganya, hartanya dan tanah airnya.” Al-Imam Al-Habib Abdullah bin Alwi Alhaddad menambahkan, “Dengan Ihya’ Ulumiddin, hati kita dapat menjadi hidup.”


2. Sudah merupakan prasyarat bagi mereka bahwa mereka harus berdakwah terhadap diri sendiri sebelum mereka berdakwah kepada orang lain. Sehingga dakwah mereka dapat memberi kesan yang mendalam kepada orang lain…suatu dakwah yang jujur dan penuh dengan kejujuran.

3. Dakwah merupakan suatu kewajiban yang mereka emban sebagai konsekuensi nikmat nasab yang diberikan oleh Allah kepada mereka. Sehingga mereka gemar sekali melakukan perbuatan dakwah, baik dengan perbuatan, perkataan ataupun dengan sikap. Berkenaan dengan keagungan tugas dakwah ini, Al-Habib Umar bin Muhammad Bin Hafidz pernah berkata, “Tidak ada suatu perbuatan baik yang dapat meninggikan derajat kedudukan seseorang di sisi Allah secepat perbuatan dakwah.”

4. Doa-doa Nabawiyyah adalah doa-doa yang dituntunkan oleh Rasulullah SAW.

5. Sebagian di antara ahli sastra Arab mengatakan bahwa lafadz alf (seribu) dalam bahasa arab menunjukkan makna banyaknya sesuatu. Selain itu, dalam sastra Arab, makna banyaknya sesuatu juga seringkali ditunjukkan dengan lafadz sab’uun (tujuh puluh).

6. Dalam pandangan mereka, selama seseorang itu min ahli laa ilaaha illallah (muslim), ia mempunyai bekas-bekas kebaikan. Oleh karena itu, sikap husnudz dzon (berbaik sangka) terhadap hamba Allah merupakan sikap dasar yang melandasi thariqah mereka.

7. Uzlah adalah mengasingkan diri dari berbagai macam tingkah pola manusia, semata-mata karena takut dan kuatir terpengaruh keburukan dari mereka. Namun demikian, mereka melakukan demikian setelah mereka tahu tentang syariah agama, sehingga mereka dapat menempatkan uzlah itu pada suatu tempat yang proporsional.

Dikutib Dari Bisyarah.
»»  READMORE...

... Keutamaan amirul mu'minin dan zurriyahnya


»»  READMORE...

60 Hadist menghormati keluarga Rasulullah





Bismillahirrahmanirrahim


Segala puji bagi Allah dan salam bagi hamba-hambanya yang terpilih.
Shalawat dan salam teratas rasulullah saw .
Risalah kecil ini adalah kumpulan 60 hadits yang saya beri nama ''Ihya'ul Mayyit bifadhalil Ahlul Bayt' dalam kitab hadis ahlussunah'.



  • HADITS 1
Sa'id bin Manshur dalam kitab susunannya meriwayatkan dari Sa'id bin Jubair tentang firman Allah SWT dalam ayat ''Katakanlah, aku tidak meminta dari kalian sesuatu upahpun (atas seruanku) kecuali kasih sayang terhadap keluarga'' QS.42:23.
Ia berkata, yang dimaksud keluarga dalam ayat itu adalah keluarga Rasulullah SAW.
  • HADITS 2
Ibnu Al Mundzir dan Ibnu Abi Hatim dan Ibnu Murdawaih meriwayatkan dalam kitab tafsir mereka dan At Thobroni dalam Al Mu'jam Al Kabir dari Ibnu 'Abbas ra berkata: ketika turun ayat ini (QS.42:23) Para shahabat bertanya : wahai Rasulullah, siapakah keluargamu yang wajib atas kita untuk mencintai mereka? Beliau menjawab: ''Ali, Fatimah dan kedua putra mereka''.

  • HADITS 3
Ibnu Hatim meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas tentang firman Allah (QS.42:23) Dan siapa yg mengerjakan kebaikan'', Ia berkata: ''yang dimaksud kebaikan adalah kecintaan kepada keluarga Muhammad saw''.
  • HADITS 4
Diriwayatkan oleh Ahmad dan Turmudzi dan Ia menshahihkannya, An Nasa'i dan Al Hakim dari Al Muthalib bin Robi'ah, Ia berkata: bahwa Rasulullah saw bersabda: ''Demi Allah, iman tidak akan masuk ke dalam hati seorang muslim sehingga ia mencintai kalian (keluarga nabi saw), karena Allah dan karena hubungan keluarga denganku''.
  • HADITS 5
Diriwayatkan oleh Muslim dan Turmudzi dan An Nasa'i dari Zaid bin Arqam bahwa Rasulullah saw bersabda: ''Aku ingatkan kalian tentang ahlul baytku''.
  • HADITS 6
Diriwayatkan oleh At Turmudzi dan ia menggolongkannya sebagai hadits hasan dan Al Hakim dari Zaid bin Arqom, ia berkata: Rasulullah saw bersabda: ''Sungguh aku tinggalkan padamu apa yang dapat mencegah kamu dari kesesatan setelah kepergianku, selama kamu berpegang teguh kepadanya; Kitabullah dan 'Ithrahku (keluargaku) ahlul bayt. Keduanya tidak akan berpisah sampai keduanya berjumpa denganku di Al Haudh. Maka hati-hatilah dengan perlakuanmu atas keduanya sepeninggalku nanti''.
  • HADITS 7
Diriwayatkan oleh 'Abdu bin Humaid dalam musnadnya dari Zaid bin Tsabit berkata: Rasulullah bersabda: ''Sungguh aku tinggalkan padamu apa yang dapat mencegah kamu dari kesesatan setelah kepergianku, selama kamu berpegang teguh kepadanya: Kitabullah dan 'Ithrahku Ahlul Baytku, dan keduanya tidak akan berpisah sehingga datang kepadaku di Al Haudh''.
  • HADITS 8
Ahmad bin Abu Ya'la meriwayatkan dari Abu Sa'id Al Khudri, sesungguhnya Rasulullah bersabda: ''Aku merasa segera akan dipanggil (Allah swt) dan aku akan memenuhi panggilan itu, maka aku tinggalkan padamu TSAQOLAINI (2 Pusaka) yaitu: Kitabullah dan 'Ithrahku. Dan sesungguhnya Allah yang Maha Mengetahui telah berfirman kepadaku bahwa keduanya tidak akan berpisah sehingga keduanya datang menjumpaiku di Al Haudh. Oleh karena itu perhatikan bagaimana perlakuanmu atas kedua peninggalanku itu''.
  • HADITS 9
Diriwayatkan oleh At Turmudzi dan ia menggolongkan hadits ini hasan dan At Thobrani dan Al Hakim dari Ibnu 'Abbas ra, Ia berkata: Rasulullah bersabda: "Cintailah Allah karena nikmat-nikmat yang telah dianugrahkan-Nya dan cintailah aku karena kecintaan (kamu) kepada Allah serta cintailah ahlul baytku karena kecintaan (kamu) kepaku".
  • HADITS 10
Bukhari meriwayatkan dari Abu Bakar As Shiddiq, Ia berkata: "Peliharalah Muhammad dengan memelihara keluarganya".
  • HADITS 11
Diriwayatkan oleh At Thobrani dan Al Hakim dari Ibnu 'Abbas ra, Ia berkata: Rasulullah saw bersabda: "Wahai bani Abdul Mutholib, aku mohon kepada Allah buat kalian 3 hal, aku memohon dari-Nya agar meneguhkan orang yang bangkit dari kalian, agar ia mengajari yang bodoh dari kalian dan memberi petunjuk bagi yang sesat dan aku memohon dari-Nya agar menjadikan kalian orang-orang dermawan, pemberani dan berhati belas kasih. Maka sekiranya seseorang berdiri di antara salah satu sudut Ka'bah dan Maqam Ibrahim, lalu ia shalat dan puasa, sedangkan ia adalah pembenci keluarga (Ahlul Bayt) Muhammad, pasti ia masuk neraka".
  • HADITS 12
At Thabrani meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas ra, sesungguhnya Rasulullah saw bersabda : "Kebencian kepada bani Hasyim dan Anshor adalah kufur dan membenci orang-orang Arab adalah kemunafikan".
  • HADITS 13
Ibnu 'Adi dalam kitabnya Al Kamil meriwayatkan dari Abu Sa'id Al Khudri, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda : "Barang siapa membenci kami Ahlul Bayt maka ia adalah munafik".
  • HADITS 14
Ibnu Hibban dalam shahih dan Al Hakim meriwayatkan dari Abu Sa'id Al Khudri, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda : "Demi yang jiwaku ditangan-Nya tidak seorangpun membenci kami kecuali akan dimasukkan Allah swt ke neraka".
  • HADITS 15
At Thabrani meriwayatkan dari Hasan bin 'Ali kwh, beliau berkata kepada Mu'awiyah bin Khadij : "Wahai Mu'awiyah bin Khadij, hati-hatilah dari membenci kami, karena sesungguhnya Rasulullah bersabda : "Tiada seseorangpun yang membenci dan menghasud kami kecuali akan dihalau dari Al Haudh dengan cambuk dari api".
  • HADITS 16
Ibnu 'Adi dan Al Baihaqi dalam Syu'abul Iman meriwayatkan dari 'Ali kwh, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda : "Barangsiapa tidak mengenal hak 'ithrahku dan anshornya maka ia salah satu dari 3 golongan, munafik atau anak haram atau anak dari hasil tidak suci yaitu ; dikandung oleh ibunya dalam keadaan haid".
  • HADITS 17
At Thabrani dalam kitabnya Al Awsath dari Ibnu 'Umar, ia berkata: Akhirnya ucapan Rasulullah sebelum wafat adalah : "Perlakuan aku sepeninggalku dengan bersikap baik kepada Ahlul Bayt".
  • HADITS 18
Diriwayatkan oleh At Thabrani dalam Al Awsath dari Hasan bin 'Ali ra, sesungguhnya Rasulullah saw bersabda : "Mantapkanlah dirimu pada kecintaan pada kami ahlul bayt sebab barangsiapa menghadap Allah swt sedang ia mencintai kami niscaya ia masuk syurga dengan syafa'at kami. Demi Allah yang diriku / jiwaku berada ditangan-Nya, tidak akan berguna amal seseorang bagi dirinya kecuali bila ia mengetahui hak kami".
  • HADITS 19
At Thabrani dalam Al Awsath meriwayatkan dari Jabir bin 'Abdullah ra, ia berkata: Rasulullah saw berpidato dihadapan kami, maka aku mendengarnya besabda : "Wahai manusia barangsiapa membenci ahlul baytku, Allah swt akan kumpulkan ia pada hari kiamat sebagai orang yahudi".
  • HADITS 20
At Thabrani meriwayatkan dalam Al Awsath dari 'Abdullah bin Ja'far (bin 'AlI bin Abi Tholib ra), ia berkata: aku mendengar Rasulullah saw bersabda : "Wahai bani Hasyim, aku memohon dari Allah swt untuk kalian, agar ia menjadikan kalian pemberani dan pengasih. Aku memohon agar ia memberikan petunjuk bagi yang tersesat, memberi rasa aman bagi yang ketakutan dan mengenyangkan yang lapar dari kalian. Dan demi jiwaku yang berada ditangan-Nya, tiada beriman seseorang dari mereka sehingga mencintai kamu karena aku, apakah kamu mengharapkan untuk masuk ke dalam syurga dengan syafa'atku lalu bani Mutholib tidak mengharapkanya".
  • HADITS 21
Diriwayatkan oleh Ibnu 'Abi Syaibah dan Musaddad dalam musnadnya, Al Hakim, At Turmudzi dalam Nawadirul Ushul, Abu Ya'la dan At Thabrani dari Salamah bin Al Akwa', ia berkata: Rasulullah saw bersabda : "Bintang-bintang di langit adalah petunjuk keselamatan bagi penghuni langit dan Ahlul Baytku adalah penyelamat umatku".
  • HADITS 22
Al Bazar meriwayatkan dari Abi Hurairah ra, ia berkata: Rasulullah saw bersabda : "Telah ku tinggalkan padamu 2 hal. Kalian tidak akan sesat setelah keduanya; Kitabullah dan 'Ithrahku. Keduanya tiada akan berpisah sehingga datang menemuiku di telaga Al Haudh".
  • HADITS 23
Al Bazzar meriwayatkan dari 'Ali bin 'Abi Thalib kwh, ia berkata : Rasulullah saw bersabda : "Sungguh aku akan dibawa pergi (wafat) dan telah aku tinggalkan padamu 2 pusaka yang berharga yaitu : Kitabullah dan Ahlul Bayt. Dan kamu tidak akan tersesat setelah keduanya".
  • HADITS 24
Al Bazzar meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas ra, ia berkata : Rasulullah saw bersabda : "Perumpamaan ahlul baytku ibarat bahtera Nuh, barangsiapa yang ikut berlayar bersamanya dia akan selamat dan barangsiapa yang enggan dan terlambat, dia akan tenggelam"
  • HADITS 25
Al Bazzar meriwayatkan dari 'Abdullah bin Zubair ra bahwa nabi saw bersabda : "Perumpamaan Ahlul Baytku ibarat bahtera Nuh. Barangsiapa berlayar dengannya dia akan selamat dan barangsiapa meninggalkannya dia akan tenggelam".
  • HADITS 26
At Thabrani meriwayatkan dari Abu Dzar ra, (ia berkata): aku mendengar Rasulullah saw bersabda : "Perumpamaan Ahlul Baytku diantara kamu ibarat bahtera Nuh diantara kaumnya. Barangsiapa iku berlayar bersamanya dia akan selamat dan barangsiapa yang enggan dan terlambat dia akan binasa. Dan perumpamaan Ahlul Baytku diantara kamu seperti pintu pengampunan Bani Israil".
  • HADITS 27
At Thabrani meriwayatkan dalam Al Awsath dari Abu Sa'id Al Khudri ra (ia berkata) : aku mendengar Rasulullah saw bersabda : "Perumpamaan Ahlul Baytku laksana bahtera Nuh as. Barangsiapa menaikinya dia akan selamat dan barangsiapa meninggalkannya dia akan tenggelam. Dan perumpamaan Ahlul Baytku diantara kamu seperti pintu pengampunan diantara Bani Israil. Barangsiapa memasukinya maka dosa-dosanya akan diampuni".

  • HADITS 28
Ibnu Najjar dalam tarikhnya meriwayatkan dari Hasan bin 'Ali ra, ia berkata : Rasulullah saw bersabda : "Setiap segala sesuatu mempunyai azas dan azas Islam adalah kecintaan kepada shahabat Rasulullah dan Ahlul Baytnya".
  • HADITS 29
At Thabrani meriwayatkan dari 'Umar ra bahwa Rasulullah saw bersabda : "Setiap putra seorang perempuan bergabung nasabnya kepada ashabahnya (keluarganya dari pihak ayah) kecuali keturunan Fatimah ra, akulah ashabah mereka dan Akulah ayah mereka".
  • HADITS 30

At Thabrani meriwayatkan dari Fatimah Az Zahra ra, beliau berkata bahwa Rasulullah saw bersabda : "Setiap putra ibu akan bergabung dalam nasabnya kepada ashabahnya kecuali anak-anak Fatimah, Akulah wali mereka dan Akulah ashabah mereka".
  • HADITS 31
Al Hakim meriwayatkan dari Jabir ra, ia berkata : Rasulullah saw bersabda : "Setiap putra ibu memiliki ashabah yang mereka dinisbatkan kepadanya kecuali kedua putra Fatimah, Akulah wali mereka dan Aku adalah ashabah mereka".
  • HADITS 32
At Thabrani meriwayatkan dalam Al Awsath dari Jabir ra bahwa ia mendengar 'Umar bin Al Khaththab ra mengatakan kepada orang-orang ketika ia menikah dengan salah seorang putri 'Ali ra. Tidaklah kalian mengucapkan selamat atasku ? aku mendengar Rasulallah saw bersabda : "Akan terputus pada hari kiamat semua sebab dan nasab (keturunan) kecuali sebabku dan nasab yang bersambung denganku".
  • HADITS 33
At Thabrani meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas ra, ia berkata : Rasulullah saw bersabda : "Semua sebab dan nasab akan terputus pada hari kiamat kecuali sebab dan nasab yang bersambung denganku".
  • HADITS 34
Ibnu 'Asakir dalam Tarikhnya meriwayatkan dari Ibnu 'Umar ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda : "Semua hubungan nasab dan shihr (kerabat sebab hubungan perkawinan) akan terputus pada hari kiamat kecuali nasab dan shihrku".
  • HADITS 35
Al Hakim meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda : "Bintang-bintang adalah petunjuk keselamatan bagi penghuni bumi dari bahaya tenggelam dan Ahlul Baytku adalah penyelamat umatku dari bahaya perselisihan dan perpecahan (dalam urusan-urusan agama). Bila salah satu dari qabilah menyeleweng dan menentang niscaya mereka akan bercerai berai dan menjadi kelompok iblis".
  • HADITS 36
Al Hakim meriwayatkan dari Anas ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda : "Tuhanku menjanjikan untuk Ahlul Baytku, barangsiapa dari mereka yang mengakui ke-Esaan (Allah swt) dan menyaksikan bahwa aku telah menyampaikan risalah, ia tidak akan menyiksa mereka".
  • HADITS 37
Ibnu Jarir meriwayatkan dalam tafsirnya dari Ibnu 'Abbas ra pada firman Allah swt.. : "Dan kelak tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas (QS:93:5), ia berkata : "Diantara kepuasan Muhammad saw adalah agar tidak seorangpun dari Ahlul Baytny masuk kedalam api neraka".
  • HADITS 38
Diriwayatkan oleh Al Bazzar, Abu Ya'la, Al 'Uqaili, At Thabrani dan Ibnu Syahin dalam As Sunnah dari Ibnu Mas'ud ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda : "Sesungguhnya Fatimah telah menjaga dirinya oleh karena itu Allah swt mengharamkan keturunannya atas api neraka".
  • HADITS 39
At Thabrani meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas ra, ia berkata : Rasulullah saw berkata kepada Fatimah ra : "Sesungguhnya Allah swt tidak akan menyiksamu dan anak cucumu".
  • HADITS 40
At Turmudzi meriwayatkan sebuah hadits dan ia menggolongkannya hadits ini hasan dari Jabir ra, ia berkata : Rasulullah saw bersabda : "Wahai manusia, sesungguhnya aku telah tinggalkan padamu apa yang mencegah kamu dari kesesatan selama kamu mengambilkya (berpegang teguh dengannya) yaitu ; Kitabullah dan 'Ithrahku Ahlul Baytku".
  • HADITS 41
Al Khatib dalam tarikhnya meriwayatkan dari 'Ali kwh, ia berkata : Rasulullah saw bersabda : "Syafa'atku bagi umatku yakni untuk orang yang mencintai Ahlul Baytku".
  • HADITS 42
At Thabrani meriwayatkan dari Ibnu 'Umar ra, ia berkata : Rasulullah saw bersabda : "Pertama orang yang akan aku beri syafa'at dari kalangan umatku adalah Ahlul Baytku".
  • HADITS 43
At Thabrani meriwayatkan dari Al Muthalib bin 'Abdullah bin Hanthab dari ayahnya, ia berkata : Rasulullah saw berpidato dihadapan kami di Juhfah, beliau bersabda : "Bukankah diriku ini lebih utama (berhak) untuk memimpin kamu daripada dirimu sendiri? jawab mereka : benar ya Rasulullah. beliau melanjutkan : kalau begitu aku akan meminta pertanggungan jawabmu tentang 2 hal ; Al Qu'an dan 'Ithrah-ku".
  • HADITS 44
Al Thabrani meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas ra, ia berkata : Rasulullah saw bersabda : "Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba Allah pada hari kiamat sebelum ia ditanya (dan menjawab) 4 pertanyaan ; tentang usianya, untuk apa ia menghabiskannya, tentang tubuhnya, bagaimana ia telah menggunakan tenaganya, tentang hartanya, untuk apa dibelanjakan dan dari mana ia mendapatkannya serta tentang kecintaannya kepada kami Ahlul Bayt ".
  • HADITS 45
Ad Dailami meriwayatkan dari 'Ali kwh, ia berkata : aku mendengar Rasulullah saw bersabda : "Orang pertama yang mendatangiku di Al Haudh adalah Ahlul Baytku ".
  • HADITS 46
Ad Dailami meriwayatkan dari 'Ali kwh, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda : "Didiklah putra-putramu atas 3 perkara ; kecintaan kepada nabimu, kecintaan kepada Ahlul Baytnya dan (kecintaan) membaca Al Qu'an. Sesungguhnya pengemban Al Qur'an berada dibawah naungan Allah swt pada hari dimana tiada naungan kecuali naungan-Nya bersama para Nabi dan para washi' (orang-orang pilihan)nya ".
  • HADITS 47
Ad Dailami meriwayatkan dari 'Ali kwh, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda : "Paling teguhnya kamu di atas shirath (jembatan akhirat) adalah orang yang paling gigih kecintaannya kepada Ahlul Baytku dan shahabat-shahabatku ".
  • HADITS 48
Ad Dailami meriwayatkan dari 'Ali kwh, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda : "4 golongan, akulah pemberi syafa'at bagi mereka di hari kiamat, yaitu ; orang yang menghormati dzurriyat (keturunan)ku, orang yang membantu menutupi kebutuhan mereka, membantu mereka dalam urusan-urusan mereka ketika mereka sangat membutuhkan dan orang yang mencintai mereka dengan hatinya ( yang tulus ) dan dengan kata-katanya ".
  • HADITS 49
Ad Dailami meriwayatkan dari Abu Sa'id ra, id berkata bahwa Rasulullah saw bersabda : "Keras kemurkaan Allah terhadap orang yang menggangguku dengan mengganggu 'Ithrahku ".

  • HADITS 51
Ad Dailami meriwayatkan dari Abu Sa'id ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda : "Ahlul Baytku dan orang-orang anshor adalah orang-orang kepercayaanku dan pengemban rahasia ilmuku. Maka terimalah yang baik dari mereka dan ma'afkanlah yang salah dari mereka ".
  • HADITS 52
Abu Nu'aim meriwayatkan dalam Al Hilya dari 'Utsman bin 'Affan ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda : "Siapa yang memberikan kepada salah seorang dari keturunan 'Abdul Muthalib suatu ( hadiah ) kebaikan lalu ia tidak mampu membalas kebaikannya maka Akulah yang akan membalasnya kelak di hari kiamat "
  • HADITS 53
Al Khatib meriwayatkan dari 'Utsman bin 'Affan ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda : "Barangsiapa berbuat kebaikan kepada salah seorang dari keturunan 'Abdul Muthallib lalu ia tidak mampu membalas kebaikannya di dunia, maka Akulah yang akan membalas kebaikan itu jika ia berjumpa denganku ".
  • HADITS 54
Ibnu 'Asakir meriwayatkan dari 'Ali kwh, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda : "Siapa yang memberikan jasa kepada salah seorang dari Ahlul Baytku, maka Akulah yang akan membalasnya pada hari kiamat ".
  • HADITS 55
Al Bawardi meriwayatkan dari Abu Sa'id ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda : "Aku akan tinggalkan padamu apa yang dapat mencegah kamu dari kesesatan yaitu kitabullah, ia adalah suatu sebab yang satu ujungnya ditangan Allah swt dan ujung yang lain pada tanganmu dan 'ithrah ahlul baytku, dan sesungguhnya keduanya tidak akan berpisah, sampai bersama-sama mengunjungiku di telaga Al Haudh ".
  • HADITS 56
Imam Ahmad dan At Thabrani meriwayatkan dari Zaid bin Tsabit ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda : "Kutinggalkan padamu kedua penggantiku Kitabullah, tali penghubung yang terbentang antara langit dan bumi dan 'Ithrahku Ahlul Baytku. Sungguh keduanya takkan berpisah sehingga berjumpa denganku di telaga Al Haudh ".
  • HADITS 57
At Turmudzi, Al Hakim dan Al Baihaqi dalam Syu'abul Iman meriwayatkan dari 'Aisyah ra dari Nabi saw : "Ada 6 kelompok yang dilaknat Allah swt, aku dan semua Nabi yang doanya dikabulkan. mereka adalah ; orang yang menambah-nambah kitabullah, orang yang mengingkari taqdir Allah, orang yang berkuasa dengan kekerasan lalu memuliakan orang yang dihinakan oleh Allah swt dan menghinakan orang yang dimuliakan oleh Allah swt, orang yang menghalalkan (sesuatu) yang diharamkan oleh Allah swt, orang yang memperlakukan 'ithrahku dengan perlakuan yang diharamkan oleh Allah swt dan orang yang meninggalkan sunnahku ".
  • HADITS 58
Diriwayatkan oleh Ad Daruquthni dalam Al Ifrad dan Al Khatib dalam Al Mutaffaq dari 'Ali ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda : "7 kelompok yang dilaknat Allah dan dilaknat oleh setiap Nabi yang doanya dikabulkan, mereka adalah ; orang yang menambah-nambah kitabullah, orang yang mengingkari taqdir Allah, orang yang menolak sunnahku dan mengambil yang bid'ah, orang yang memperlakukan 'ithrahku dengan perlakuan yang diharamkan Allah, orang yang berkuasa dengan kekerasan atas umatku lalu memuliakan yang dihinakan Allah dan menghinakan yang dimuliakan Allah dan orang yang murtad dengan melarikan diri ke dusun-dusun setelah hijrah ( sebagai 'Arab baduwi ) ".
  • HADITS 59
Al Hakim meriwayatkan dalam tarikhnya dan Ad Dailami dari Abu Sa'id ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda : "3 hal, barangsiapa memeliharanya maka Allah akan memelihara agamanya dan siapa yang menyia-nyiakannya maka Allah tidak akan memelihara apapun baginya, yaitu ; kehormatan islam, kehormatanku dan kehormatan keluargaku ".
  • HADITS 60
Ad Dailami meriwayatkan dari 'Ali kwh, ia berkata bahwa Rasulullah saw bersabda : "Sebaik-baik maunusia adalah orang-orang 'Arab, sebaik-baik orang 'Arab adalah suku quraisy dan sebaik-baik suku Quraisy adala Bani Hasyim ".
»»  READMORE...

Selasa, 25 Januari 2011

potret kesempurnaan fisik Rasulullah

POtret fisik Rasulullah Shallallaahu'alaihi wasallam,, .

Bismillahirrahmaanirrahiim...

Beliau , Rasulullah shallallaahu'alaihi wasallam adalah manusia yang sempurna , baik dalam segi kecerdasan akalnya , kemuliaan akhlaq dan pekertinya , ketinggian
nasabnya maupun kesempurnaan fisik bgeliau .Karena itu HARAM hukumnya menggambar ataupun menvisualisasikan bentuk tubuh fisik Rasulullah Shallallaahu'alaihi wasallam .

Menurut beberapa hadits shahih , Menyatakan bahwa kesempurnaan Raut wajah Rasulullah saw itu tak dapat diserupai 0leh siapapun.
Bahkan 0leh iblis . Inilah salah satu kelebihan dan keistimewaan yang diberikan 0leh Allah swt dibandingkan dengan nabi & Rasul_NYA yang terdahulu .

Seperti yang termaktub dlm beberapa hadits ,

Berkata Anas ra., “Tak kutemukan sutra atau kain apapun yang lebih lembut dari telapak tangan Rasulullah saw, dan tak kutemukan wewangian yang lebih wangi dari keringat dan tubuh Rasulullah saw.” (HR.Bukhari no.3368).

"Kami tak melihat suatu pemandangan yg lebih menakjubkan bagi kami selain wajah Nabi saw”. (HR.Bukhari no.649 dan Muslim no.419)
“Dan beliau saw itu adalah manusia yg terindah wajahnya, dan terindah akhlaknya” (HR.Bukhari no.3356).
Dan beliau saw itu adalah manusia yg termulia dan manusia yg paling dermawan, dan manusia yang paling berani.” (HR.Bukhari no.5686).

I._ Bentuk Tubuh Yang Sempurna .

Tubuh yang dimiliki Beliau tidak pendek , tidak juga tinggi .Tetapi tubuh yang ideal , Seimbang antara berat dan tingi badannya .
Sebagaimana keterangan yang diriwayatkan 0leh Bukhari ,"Bahwa beliau itubertubuh sedang dengan bahu yang bidang , berjengg0t lebat ,
ada semburat merah mer0na pada diri beliau  Rambutnya terjuntai hingga menyentuh kedua daun telinganya ."

Anas bin Malik ra Berkata :"Rasulullah saw itu bertubuh sedang , Tidak terlalu tinggi tidak juga pendek , warna kulitnya bersih tidak terlalu
putih juga tidak berwarna saw0 matang ."{Shahih Bukhari : Hal .271}

Abu Juhanifah r.a berkata , "Suatu hari rasulullah saw lewat , para shahabat yang melihat kedatangan beliau langsung menyalami beliau
dan mengusapkan kedua telapak tangan beliau pada wajah mereka ,.Aku pun melakukan hal yang sama . Aq letakkan tangan beliau ke wajahq , Maka
aq merasakan bahwa tangan beliau itu lebih sejuk daripada es dan lebih wangi daripada minyak misik ."{Shahih Bukhari Hal :II/272}.

Didalam kitab "Maulid Barzanjiy" disebutkan : " Bahwa ketinggian badan rasulullah saw itu sedang , warna kulitnya putih kemerah-merahan ,
lebar kedua belah matanya kelihatan seperti bercelak , bulu matanya lebat , kedua alisnya terlihat menghalus panjang ,
gigi-giginya ramping , mulutnya lebar tampak dengan bagusnya , keningnya luas , yang memiliki dahi bagaikan bulan sabit .
kedua belah pipinya halus , hidungnya mancung dengan indahnya , pangkal hidungnya bagus . Antara kedua belah tulang bahunya
tampak renggang jauh , Tapak tangannya terbuka , Besar sendi-sendi tulang atau ruas jari-jarinya , Sedikit daging tumitnya ,
Lebat jengg0tnya , Besar kepalanya , Serta panjang rambutnya sampai ke daun telinganya . Terdapat diantara kedua belikatnya
ada cap kenabian yang penuh cahaya . Peluhnya jernih bagaikan mutiara , Bau peluhnya lebih semerbak daripada keharuman
minyak kesturi ."{Maulidul Barzanjiy Hal: 86.}

Ummul Ma'bad berkata :" Aku melihat se0rang lelaki dengan wajah yang berseri-seri & bercahaya . Berkulit bersih , Badannya tidak kurus
juga tidak gemuk . Wajahnya el0k rupawan , B0la matanya hitam , Bulu matanya lentik , Alis matanya panjang bertautan . Jika beliau diam
maka tampaklah Kharismanya , Jika beliau sedang berbicara tampak Agung & Santun , Ia adalah 0rang yang tampak paling muda & rupawan
bila dipandang dari kejauhan , Juga tampak paling tampan & mempes0na diantara r0mb0ngannya .
Ucapannya menyejukkan kalbu , Perkataannya jelas , tidak sedikit juga tidak bertele-tele , Beliau adalah 0rang yang paling menarik
dan Kharismatik diantara ketiga Shahabatnya . Jika Beliau berbicara , Maka para shahabat yang menyertainya dengan khusyu' mendengarkan
segala nasehatnya dan mematuhi segala perintahnya. "
{ Kisah pertemuan Ummul Ma'bad dg Rasulullah saw ketika Beliau berhijrah dr makkah menuju madinah ,
Beliau ditemani Shahabat Abu Bakar & se0rang budak sebagai pemandu jalan ,
dikutip dr kitab "Qutuf Minas Syamail Muhammadiyyah Wal Akhlaqin Nabawiyyah Wal Adabil Islamiyyah.}

Beliau tampak c0nd0ng ketika berjalan , seakan-akan seperti jalan turun dr tempat yang tinggi,
Ketika Beliau berjabatan tangan dengan 0rang yang ditemuinya , Maka keharuman tangan beliau itu membekas ditangannya sampai dalam beberapa hari .
Apabila Rasulullah saw meletakkan tangannya diatas kepala anak kecil , Maka usapannya dapat diketahui 0leh anak-anak yang lain
karena bau keharumannya .
Dari kisah diatas menunjukan bahwa beliau adalah se0rang yang aqgung , terkenal lagi Mulia . Selain karna belaian Rasulullah saw disertai kasih sayang
yang keluar melalui kelembutan tangannya ,.
Disamping itu juga Beliau adalah s0s0k yang penyayang sehingga memberikan kenyamanan 0rang yang disentuh 0elh Rasulullah saw .
Berada dalam belaian Rasulullah bagaikan diberi perlindungan 0lehnya .


II._ Ke El0kan Wajah Rasulullah SAW.

Ahli tafsir kenamaan Al_Qurtubhy berkata :" Tidak mungkin tampak dengan jelasnya keindahan wajah Rasulullah shallalllahu'alaihi wasallam , karena penglihatan qt tidak akan sanggup
menatap wajah beliau sepenuhnya."

Bukhari dan Muslim meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu'alaihiwasallam adalah sebagus-bagus manusia paras mukanya."
"Wajahnya laksana matahari yang memancar." Demikian Pendapat Abu Hurairah ra yg diriwayatkan At_Turmudzi .
Masih menurut riwayat At_Turmudzi , bahwa sahabat Ali ra dalam menggambarkan sifat-sifat rasulullah Shallallaahu'alaihi wasallam adalah :"bahwa wajah beliau itu bulat dan penuh daya tarik."
Yang dimaksud wajah beliau bulat yaitu tidak l0nj0ng tidak pula bulat , melainkan mendekati pada bentuk 0val .

Aisyah r.ha berkata :"Bila Rasulullah sedang bergembira , maka paras mukanya bagaikan belahan bulan purnama."{Menurut riwayat At_Turmudzi.}
Jika Beliau sedang gembira , maka bertambahlah keel0kan wajahnya ,yang semakin memancarkan sinar meskipun diumpamakan dengan belahan bulan purnama tetapi tetap tiada bandingannya .
"Wajah beliau se0lah-0lah lingkaran bulan purnama."Demikian Abu bakar Ash_Shidiq dan ka'ab bin malik dalam melukiskan wajah Rasulullah Shallallaahu'alaihi wasallam.

Para shahabat sepakat dalam menggambarkan sifat-sifat Rasulullah , Bahwa wajah beliau itu bersinar , ketampanan wajahnya sangat mempes0na .
Banyak dari mereka yang tidak mampu menggambarkan kesempurnaan dan ketampanan wajah beliau secara persis .Beliau memiliki banyak kelebihan secara fisik dibandingkan
para nabi dan rasul Allah yag lain . Maka tak mengherankan bila ada perawi yang mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu'alaihi wasallam lebih tampan wajahnya dibandingkan nabi yusuf as.

Shahabat jabir mengatakan "Bahwa wajah Rasulullah itu bulat laksana matahari atau bulan purnama."{HR.Muslim lihat Insan kamil Hal : 18}

Hasan bin ali meriwayatkan dari abi hallah , bahwa Rasulullah berwajah tampan sangat gagah , berwibawa dan berseri-seri bagaikan bulan purnama .{HR.At_Tirmidzi.}

Tatkala jabir bin samurah menatap wajah Rasulullah dimalam terang bulan , ia lantas berkata :"Aku memandang wajah Rasulullah lalu melihat ke arah bulan , maka wajah beliau jauh lebih indah
daripada bulan yang sedang memancarkan cahayanya itu."{HR.At_Tirmidzi , "Insan Kamil hal.18}

Diceritakan dalam Maulid Diba'iy Bahwa kedua pelipis Rasulullah tampak cemerlang bercahaya , hitam pekat seluruh rambutnya (kiasan bahwa alis beliau itu tebal dan sangat hitam dan bersambung antara kiri dan kanannya)”.
Bagaikan huruf alif bentuk mancung hidungnya , Bagaikan huruf mim bulat bibirnya (kiasan bahwa bibir beliau tak terlalu lebar tak pula sempit dan sangat indah), , Bagaikan huruf nun lengkung keningnya ,.
Pendengarannya dapat mendengarkan geritan Qalam di Lauhul Mahfudz , Penglihatannya mampu menembus lapisan langit ke tujuh " {Maulid diba'i Hal: 7}

Demikian pula riwayat Sayyidina Ali kwh. yang mengatakan, “Seakan akan Matahari dan Bulan beredar di wajah beliau saw”. (Syamail Imam Tirmidzi), demikian pula diriwayatkan oleh Sayyidina Umar bin Khattab ra
bahwa “Rasul saw adalah manusia yang bibirnya paling indah”.

Dalam kitab yang sama juga deceritakan :
"Barang siapa yang melihat wajahnya tentu akan mengerti bahwa beliau bukanlah wajah penipu , Beliau juga bukanlah se0rang pengumpat dan penyacat , Bila dalam keadaan gembira , Maka wajahnya
bagaikan p0t0ngan bulan purnama , Apabila berbicara dengan manusia , seakan-akan mereka memetik buah yang manis .

"Apabila beliau tersenyum , maka senyumnya bagaikan butiran air embun , Bila berbicara maka bagaikan mutiara yang gugur dari isi pembicaraanya , Jika Beliau bercakap cakap , bagaikan minyak misik
yang keluar dari lisannya , Bila berjalan disuatu l0r0ng , Maka dapat diketahui bahwa beliau telah melaluinya . Apabila beliau duduk disebuah majlis , Maka bau keharumannya tetap membekas smpai beberapa hari
meskipun beliau telah beranjak pergi dari situ , Beliau selalu berbau harum meski tidak memakai wewangian .

Apabila beliau sedang berjalan bersama para shahabatnya , Maka beliau bagaikan bulan purnama yang ada diantara bintang-bintang yang gemerlapan , Bila berjumpa beliau diwaktu malam hari , maka seakan-akan
manusia berada disiang hari kerna dari pancaran cahayanya . {Maulid Diba'i hal 17-18 }

Pernah ditanyakan 0leh sebagian 0rang ,:"BBenarkah wajah rasulullah bagaikan bulan ?" Maka dijawabnya , "Bahkan lebih terang dari bulan purnama yang tidak tertutup awan .Rasulullah selalu memper0leh keagungan
dan sifat-sifat yang serba sempurna ."
Kata sebagian 0rang yang mensifai wajah Rasulullah  ,:"Aku tidak pernah melihat sebelum dan sesudahnya se0rangpun yang ketampanannya menyerupai Rasulullah .Tiada mampu lidah yang lancar apabila menghitung kelebihan
sifat2 utama Rasulullah >"{M.Diba'iy hal 18.}

Urwah meriwayatkan dari Aisyah , ia berkata :"ketika Rasulullah datang ketempat aisyah dengan penuh keceriaan , maka bersinarlah wajah beliau."{Shahih Bukhari hal: II/272}
Abu jURAiriy ra berkata , :"Aku melihat rasulullah putih kulitnya dan beruban , dan hasan bin ali itu menyerupai beliau ,"{Shahih muslim HAL :VII/ 85.}.

Abu ishaq pernah bertanya kepada Al_Barra bin 'Azib ,"“Apakah wajah Rasul saw seperti pedang?” (maksudnya: bukankah beliau banyak berperang, apakah wajahnya bengis bak penguasa kejam?),
maka menjawablah Albarra’ bin Azib ra, “Tidak…Justru wajah beliau bagai Bulan Purnama”, (kiasan tentang betapa lembutnya wajah beliau yang dipenuhi kasih sayang) (Shahih Bukhari hadits no.3359, hadits serupa Shahih Ibn Hibban hadits no.6287).


III.__Sifat Rambut Rasulullah Shallallaahu'alihi wasallam.

Seperti halnya bentuk tubuh dan keel0kan wajah Rasulullah yang penuh keistimewaan , tidak beda juga dengan sifat rambut beliaupun memiliki ciri2 istimewa pada sifat dan p0t0ngan rambut beliau yang tidak dimiliki 0leh 0rang lain .

Dalam Shahih Bukhari hal II/271 , Abu Juhaifah As-Suwaiy berkata ,:Aku melihat rasulullah memiliki rambut putih yang tumbuh dibawah bibirnya >"
Abdullah bin Basar ra yang menjadi teman dekat Rasulullah pernah berkata , :"Aku melihat Rasulullah Shallallaahu'alaihi wasallam sudah (kelihatan) tua kerna beliau memiliki beberapa rambut putih yang tumbuh dibawah bibirnya."{Shahih bukhari hal II/271.}

Rabi'ah berkata ,"Aku melihat satu helai rambut Rasulullah yang berwarna merah , lantas aku tanyakan tentang hal tersebut , maka dijawab Beliau bahwa merahnya rambut itu akibat dari keharuman tubuhnya ,"{Shahih Bukhari hal II/271.}

Anas bin malik berkata , "Rambut Rasulullah itu tidak kaku , tidak keriting , juga tidak lurus .Allah mengangkatnya menjadi Rasul ketika usia 40 tahun lebih, Beliau bermukim dimekkah 10 tahun , Dimadinah juga 10 tahun ,. Beliau meninggal
hanya memiliki 20 helai rambut putih yang berada dikepalanya dan dijengg0tnya ."{Shahih Bukhari hal II/271.}

Al_Barra bin Azib berkata ,:"Aku tidak melihat sese0rangpun yang memiliki rambut yang panjangnnya sampai melalui daun telinga yang sangat serasi berpakaian merah selain Rasulullah .Beliau memiliki rambut yang panjangnya kadang sampai menyentuh kedua bahunya .
Beliau tidak terlalu tinggi juga tidak terlalu pendek ."{Shahih Muslim Hal VII/83.}

Qatadah juga pernah bertanya kepada Anas ra , :"Bagaimana bentuk rambut Rasulullah ? Anas menjawab " Rambut beliau tidak kaku tidak juga keriting . Panjangnya sampai menyentuh kedua daun telinganya , dan terkadang dibiarkan sampai kedua bahunya ."{Shahih Muslim hal VII/83.}
Muslim meriwayatkan bahwa , Rasulullah shallallaahu'alaihi wasallam lebat rambut kepala dan jengg0tnya."{Al_Jami'U As_Shaghir ,hal 241.}

Namun demikian meskipun Rasulullah memiliki rambut panjang dan jengg0t lebat , beliau senantiasa merawat dengan baik , sehingga selalu tampak bersih ,rapi dan tidak terkesan kumal dan k0t0r . Rasulullah adalah 0rang yang sangat menyukai kebersihan , keindahan dan kerapihan , Kerana itu apapun pakaian yang dikenakan 0leh Beliau selalu nampak rapi dan serasi dengan p0stur tubuhnya dan p0t0ngan rambutnya .


Saudaraku, ketika di dalam sanubarimu telah bersemi rasa cinta kepada Baginda Nabi Muhammad saw. maka kenalilah Beliau , Sifat2 beliau kemuliaan akhlaqnya dan Sirrah perjalanan hidupnya .Mulailah menghidupkan sunnahnya. Sebab kerna kerinduan, akan membawa langkahmu semakin cepat mencari cara untuk dapat berkumpul bersama beliau di surga yang abadi, engkau akan selalu merasa butuh untuk senantiasa tersambung dengan para Ulama yang memiliki ketersambungan rantai ilmu dengan pendahulu mereka sampai kepada Rasulullah saw.

Segala puji bagi Alla Subhanahu wata'ala , Shalawat salam sem0ga senantiasa tercurah kepada Rasulullah shallallaahu'alaihi wasallam dan keluarganya , dan sem0ga syafaat beliau tercurahkan untuk qt semua sebagai ummatnya . Amien ,,

Wallaahu a’lam wa ahkam...
»»  READMORE...