Ilmu Tiada Bertepi; Cinta tiada berbatas; }

Selasa, 01 Februari 2011

bab penjelasan hakikat kasih sayang 3

Penjelasannya bahwa kecintaan yang pertama pada setiap yang hidup itu adalah dirinya sendiri (cinta kepada diri sendiri). Makna cintanya kepada dirinya adalah bahwa pada tabi’atnya itu cenderung kepada kekekalan keberadaannya, lari dari ketiadaan dan kebinasaannya. Karena yang dicintai dari tabi’at itu adalah yang bersesuaian dengan yang mencintai. Manakah yang lebih sempurna kesesuaian dari dirinya dan kekekalan terus adanya ? Manakah sesuatu yang lebis besar berlawanan dan kelarian darinya dari tidak adanya dan kebinasaannya ?

Karena itulah manusia mencintai kekekalan dan tidak menyukai mati terbunuh. Tidak semata-mata karena apa yang ia takuti sesudah mati dan tidak pula seamta-mata takut dari sakaratul maut, akan tetapi jikalau ia disambar tanpa ada kesakitan dan dimatikan tanpa pahala dan siksa niscaya ia tidak ridha / mau dengan yang demikian. Ia tidak menyukai mati dan ketiadaan semata, selain karena kepedihan dan penderitaan dalam hidup.

Manakala ia terkena oleh suatu cobaan, maka yang dicintainya adalah hilangnya cobaan itu. Maka jikalau ia mencintai ketiadaannya niscaya ia tidak mencintainya karena itu suatu ketiadaan dirinya, akan tetapi dikarenakan hilangnya cobaan (kepedihan) pada dirinya.

Maka kebinasaan dan ketiadaan itu dibencikan. Dan kekekalan (terus menerus ada) itu dicintakan. Sebagaimana kekekalan itu dicintakan (disuka), maka kesempurnaan ada itu juga dicintakan, karena sesuatu yang kurang itu meniadakan kesempurnaan. Dan kekurangan itu tidak ada, dikaitakn kepada kadar yang hilang (yang tiada diperoleh). Dan itu kebinasaan dengan dibandingkan kepadanya.

Binasa dan tidak ada itu dibencikan pada sifat-sifat dan kesempurnaan ada (wujud), sebagaimana dia itu dibencikan pada pokok zatnya sendiri. Sedangkan adanya sifat-sifat kesempurnaan itu dicintakan sebagaimana kekekalan pokok adanya itu dicintakan.

Ini adalah gharizah / instink pada tabi’at-tabi’at dengan hukum sunatuLlah :

ولن تجد لسنة الله تبديل

Dan tiada engkau dapati sunnah الله itu digantikan (Al-Ahzab 62)

Jadi yang pertama dicinta oleh manusia adalah zat dirinya., kemudian keselamatan anggota badannya, kemudian hartanya, anaknya, kaum keluarganya, dan teman-temannya.

Anggota-anggota badan itu dicintai keselamatannya dicari karena kesempurnaan wujud dan kekekalan wujud itu terletak padanya. Harta itu dicintai karena dia itu juga alat pada kekekalan wujud dan kesempurnaannya. Demikian juga sebab-sebab yang lain. Manusia mencintai semua ini bukan karena bendanya, akan tetapi karena keterkaitan keberuntungannya pada kekekalan wujudnya dan kesempurnaannya dengan hal-hal tersebut. Sehingga manusia itu mencintai anaknya walaupun ia tiada memperoleh keuntungan daripadanya. Bahkan ia mau menanggung kesukaran lantaran anak itu karena anak itu akan menggantikannya pada adanya dirinya sesudah ia tiada. Maka pada kekekalan keturunannya itu menjadi semacam kekekalan baginya. Oleh karena itu karena bersangatan kecintaan manusia akan kekekalan dirinya sehingga ia mencintai kekekalan orang yang berdiri pada tempat kediriannya (yang menggantikannya). Dan seakan-akan orang itu menjadi bagian dari dirinya karena ia menyadari kelemahan bahwa mengharap pada kekekalan dirinya untuk selama-lamanya.

Benar jikalau disuruh memilih antara ia dibunuh atau anaknya, apabila tabi’atnya benar niscaya ia memilih kekekalan dirinya di atas kekekalan anaknya karena kekekalan anaknya itu menyerupai kekekalannya dari satu segi, dan tidaklah kekekalan anaknya itu sebagai kekekalannya yang sebenarnya.

Seperti ini juga kecintaan kepada kaum kerabat dan familinya itu kembali kepada kecintaannya bagi kesempurnaan dirinya sendiri. Ia melihat dirinya akan banyak dengan mereka dan menjadi kuat dengan sebab mereka, bertambah elok dengan kesempurnaan mereka. Bahwa famili, harta benda dan sebab-sebab yang di luar dirinya adalah seperti sayap yang menyempurnakan bagi manusia. Oleh karena itu kesempurnaan wujud dan kekelannya sudah pasti dicintai dengan tabiat.

Jadi, kecintaan yang pertama pada setiap yang hidup adalah dirinya, kesempurnaan dirinya dan kekekalan itu semua. Sedangkan yang tidak disukainya adalah lawan dari semua itu. Inilah permulaan dari sebab-sebab itu !

Sebab kedua : adalah berbuat baik (ihsan). Bahwa manusia adalah budak dari (Al-Ihsan). Telah menjadi tabi’at manusia bahwa ia mencintai orang yang berbuat baik kepadanya dan membenci orang yang berbuat jahat kepadanya. رسول الله SAW bersabda :

اللهم لا تجعل لفاجر علي يدا فيحبه قلبي

Wahai الله Tuhanku, jangan Engkau jadikan bagi orang jahat mempunyai tangan (berpengaruh) atasku, maka ia dicintai oleh hatiku.

Sebagai isyarat bahwa kecintaan hati kepada orang yang berbuat baik adalah suatu keharusan, yang tidak sanggup menolaknya, yaitu suatu tabi’at dan fitrah manusia yang tiada jalan kepada merubahnya.

Dengan sebab ini kadang-kadang manusia mencintai orang asing yang tiada ada tali kefamilian serta hubungan antara dia dengan orang asing tersebut. Dan ini apabila telah pasti, maka kembali pada sebab yang pertama itu.

Tidak ada komentar: