Ilmu Tiada Bertepi; Cinta tiada berbatas; }

Selasa, 01 Februari 2011

bab penjelasan hakikat kasih sayang

ه SAW bersabda :

حبب الى من دنياكم ثلاث : الطيب, والنساء, وجعل قرة عينى فى الصلاة

Menjadi kecintaan bagiku dari duniamu tiga perkara : bau-bauan, wanita, dan dijadikan cahaya mataku pada shalat.

Dinamakan bebauan itu dicintai, sebagaimana dimaklumi bahwa tidak ada bahagian untuk mata dan telinga pada bau-bauan itu, akan tetapi hanya bagi penciuman saja. Dan dinamakan wanita itu dicintai, karena tidak ada bagian pada wanita itu selain bagi penglihatan dan sentuhan, tidak bagi penciuman, rasa dan pendengaran. Dinamakan shalat itu cahaya mata dan dijadikannya yang paling dicintai, sebagaimana dimaklumi bahwa sesungguhnya panca indera itu tidak mendapatkan keberuntungan dengan shalat akan tetapi indera yang ke-enam lah yang tempat sangkaannya itu adalah hati yang tidak akan diketahui selain oleh orang yang mempunyai hati.

Kelezatan panca indera yang lima itu bersekutuan padanya antara binatang dengan manusia (keduanya sama-sama memiliki). Maka jikalau cinta itu dibatasi hanya kepada apa yang diketahui oleh panca indera – sehingga dikatakan bahwa الله SWT itu tidak ber-idrak dengan panca indera dan tidak bercontoh pada khayalan, maka IA tidak mencintai. Jadi, batalah kekhususan manusia dan apa yang berbedanya manusia dari panca indera yang ke enam yang diibaratkan daripadanya. Adakalanya dengan nur, akal dan hati atau dengan apa yang engkau kehendaki dari ibarat-ibarat yang lain, maka tidaklah bersempit-sempit padanya. Dan amat jauhlah yang demikian. Sesungguhnya penglihatan mata hati yang bathiniyah itu lebih tajam dari pada penglihatan lahiriyah. Hati itu lebih kuat idrak-nya daripada mata. Keindahan pengertian-pengertian yang diketahui dengan akal itu lebih besar dari keindahan bentuk-bentuk lahiriyah dari penglihatan.

Maka tidaklah mustahil adanya kelezatan hati dengan apa yang dilihatnya dari hal-hal yang mulia yang bersifat Ketuhanan, yang sukar di-idrak-kan oleh panca indra itu lebih sempurna dan lebih bersangatan. Maka adalah kecenderungan tabi’at yang sejahtera dan akal yang sehat kepadanya itu lebih kuat. Tak ada arti bagi cinta selain kecenderungan kepada apa yang diketahuinya itu lezat, sebagaimana akan datang uraiannya (insya-Allah). Jadi tidaklah dimungkiri akan kecintan kepada الله SWT selain orang yang telah duduk bersimpuh padanya keteledoran dalam derajat binatang, sehingga sekali-kali ia tidak dapat melampaui ­idrak panca indera.

Asal usul ketiga adalah, tidak tersembunyi lagi bahwa manusia itu mencintai diri sendiri. Da tidak tersembuntyi pula bahwa manusia itu terkadang mencintai orang lain, karena dirinya sendiri. Adakah tergambar manusia itu mencintai orang lain karena diri orang lain itu bukan karena dirinya sendiri ?

Ini termasuk beberapa hal yang terkadang sulit atas orang-orang yang lemah sehingga mereka itu menyangka bahwa tidak tergambar dimana manusia itu mencintai orang lain karena diri orang lain itu selama keuntungan dari orang lain itu tidak kembali kepada yang mencintai selain mengetahui idrinya.

Yang benar, bahwa yang demikian itu bisa tergambar dan ada. Maka marilah kita terangkan sebab-sebab cinta dan bahagian-bahagiannya.

Tidak ada komentar: