Ilmu Tiada Bertepi; Cinta tiada berbatas; }

Selasa, 01 Februari 2011

bab penjelasan hakikat kasih sayang 4

Bahwa orang yang berbuat kebaikan itu ialah orang yang meenolong dengan harta, bantuan dan sebab-sebab lain yang menyampaikan kepada kekekalan terus adanya, kesempurnaan adanya dan keberhasilan keuntungan-keuntungan yang dengan itu tesedialah wujudnya. Hanya saja perbedaannya adalah : anggota tubuh manusia itu dicintakan karena dengannya terdapat kesempurnaan wujudnya, dan itu adalah kesempurnaan itu sendiri yang dicari.

Adapun orang yang berbuat al-ihsan (berbuat baik kepadanya) maka tidaklah ia itu diri kesempurnaan yang dicari akan tetapi terkadang sebagai sebab bagi kesempurnaan. Seperti tabib/dokter yang menjadi sebab pada kekekalan sehatnya anggota-anggota badan. Maka diperbedakan diantara cinta kepada kesehatan dan cinta kepada tabib yang menjadi sebab kesehatan. Karena kesehatan itu dicari bagi diri kesehatan itu, dan tabib dicintai tidak karena dirinya akan tetapi karena dia menjadi sebab bagi kesehatan.

Seperti demikian juga ilmu yang dicintai. Guru itu dicintai. Akan tetapi ilmu itu dicintai bagi ilmu itu sendiri. Dan guru itu dicintai karena adanya guru itu menjadi sebab bagi ilmu yang dicintai. Begitu pula makanaan dan minuman itu dicintai dan uang / emas itu dicintai. Akan tetapi makanan itu dicintai bagi makanan itu sendiri dan uang dinar/emas itu dicintai karena dia menjadi perantara (wasilah) kepada makanan.

Jadi kembalilah perbedaannya kepada berlebih kurangnya tingkat. Jikalau tidak, maka setiap satu itu kembali kepada kecintaan manusia kepada dirinya. Maka setiap orang yang mencintai orang yang berbuat baik / ihsan karena ke-ihsanan-nya, maka sesungguhnya ia tidak mencintai diri orang itu pada hakekatnya, akan tetapi ia mencintai ke-ihsanan-nya yaitu suatu perbuatan dari beberapa perbuatannya. Jikalau hilang (keihsanan) itu niscaya hilang pula kecintaan itu semenrata diri orang itu masih tetap pada keadaannya yang sebenarnya. Jikalau berkurang kebaikannya, niscaya berkurang pula kecintaannya. Dan jikalau bertambah, niscaya bertambah pula kecintaan. Berlaku padanya bertambah dan berkurang menurut bertambah dan berkurangnya ihsan.

Sebab ketiga, bahwa mencintai sesuatu itu dikarenakan diri sesuatu itu sendiri, bukan karena keuntungan yang diperoleh daripadanya dibalik sesuatu itu sendiri. Akan tetapi adalah dirinya itu menjadi kenuntungan itu sendiri. Dan itulah kecintaan yang hakiki yang sampai kepada yang dimaksud yang dipercayakan dengan kekekalannya.

Yang demikian itu seperti kecintaan kepada kecantikan dan kebagusan, bahwa kecantikan itu dicintai pada orang yang mengetahui akan kecantikan. Dan itu adalah karena kecintaan itu sendiri karena mengetahui akan kecantikan maka padanya itu kelezatan tersendiri, yang dicintai karena dirinya benda itu bukan karena lainnya.

Anda jangan menyangka bahwa mencintai sesuatu yang cantik itu tidak tergambar selain karena memenuhi nafsu syahwat. Bahwa memenuhi nafsu syahwat itu suatu kelezatan yang lain yang kadang-kadang rupa yang cantik itu dicintai karena rupa yang cantik itu sendiri. Mengetahui kecantikan itu juga suatu kelezatan. Maka bolehlah bahwa kecantikan itu dicintai karena kecantikan itu sendiri.

Adalah رسول الله SAW itu tertakjubkan oleh sayuran dan air yang mengalir. Tabi’at yang sehat itu terpenuhi, dengan kelezatan memandang kepada cahaya, bunga-bungaan dan burung-burung yang indah warnanya, ukiran yang bagus, yang bersesuaian bentuknya, sehingga manusia itu menjadi lega dari kegundahan dan kesusahan dengan

Tidak ada komentar: